http://www.annida-online.com/artikel-5527-mari-mulai-menulis-lagi.html
“Alasan merupakan penyakit kronis dari setiap orang negatif. Setiap langkahnya dalam mengerjakan sesuatu biasanya telah di-back up dengan berbagai alasan-alasan yang tersusun rapi, seolah-olah telah dipikirkan terlebih dahulu sebelum ia memulai pekerjaan. Penyakit ini sungguh berbahaya bagi kehidupan kita, ia bukan saja menyerang sendi-sendi pemikiran kita, tetapi ia juga akan masuk merangsek ke hati kita. Pada stadium lanjut, ia akan menjadi kebiasaan yang begitu dominan dalam hidup kita”. (Super Muslim-Imam Munadi)
Dalam tulisan sebelumnya “Mari Mulai
Menulis”, penulis mengajak anda sekalian untuk bergegas mengambil pena dan
menciptakan sebuah lompatan dalam hidup anda, yaitu dengan menulis. Kini dihadapan
anda, penulis hadir kembali dengan sajian “Mari (Mulai) Menulis Lagi” sebagai
lanjutan atas karya lalu. Tidak hanya untuk anda yang baru mulai menulis, tapi
untuk anda yang sedang vakum dari dunia kepenulisan.
Seperti tertera dalam paragraf awal di
atas tentang definisi alasan yang merupakan musuh-musuh kesuksesan, para
penulis pun akan menghadapi tantangan dalam mana ia akan membuat sebuah
tulisan. Tak hanya bagi pemula, pun juga bagi penulis profesional. Hanya saja
para penulis profesional kadang kala sudah mempunyai obat untuk mengaktifasi
kembali semangatnya.
Alasan yang dalam stadium lanjut menjadi
sebuah kebiasaan akan membuat mati suri penulis pemula bahkan “bendera putih”. Biasanya
alasan klasik yang terlontar dari para penulis adalah no inpiration. Untuk tingkat lanjutan selalu ada alasan lain yang
dilontarkan, tak ada sarana, sibuk, dan banyak lagi. Sehingga masuklah musuh
kesuksesan yang kedua dalam hidupnya, yaitu kemalasan.
Seseorang
yang sedang mengikuti perlombaan marathon merasa lelah, dan berhenti sejenak. Setelah
itu lari dan berhenti lagi, ia tak sadar bahwa ia telah terlena dan menjadi
kebiasaan. Tak ada kemenagan yang ada adalah kekalahan telak.
Padahal bila kita berkaca pada para
penulis tempo dulu, rasa-rasanya kita akan dibuat malu. Tengoklah kembali
biografi mereka, apakah pada massa itu ada laptop, apakah massa itu mereka
tidak sibuk. Justru kesempitan seringkali membuat manusia terpancing untuk
bangkit. Lalu bagaimana membalik keadaan bagi anda yang sedang vakum menulis
atau bagi anda yang ingin mengantisipasi “jurang dalam” bagi penulis.
Pertama,
buatlah mimpi besar
Bagaimanapun juga seperti yang telah
penulis sampaiakan pada tulisan lalu, menulis bukanlah sekedar hobi. Tapi
bagian dari diri kita, mempunyai manfaat yang besar untuk diri sendiri maupun
orang lain. Menurut hemat penulis bahwa
seseorang tanpa mimpi bagai orang yang berjalan tak tahu alamat yang akan
dituju. Tidak ada yang bisa memberitahu harus kemana ia pergi karena
orang-orang di jalan pun tak mengenalnya.
Ilustrasi di atas pun berlaku bagi
orang-orang yang sudah mulai menulis. Kekeringan ide sekali saja akan
membuatnya berhenti, tak ada motivasi untuk segera memulai kembali aktivitas
menulisnya. Kenapa, tentu karena ia belum mempunyai mimpi. Karena hanya mimpi
yang akan menjadi jam beker internal dalam diri kita. Mimpi adalah energi
bertegangan tinggi yang membuat kita tersengat untuk menggapainya.
Buatlah mimpi dalam dunia kepenulisan anda
saat ini juga. Tak ada kata terlambat untuk sesuatu yang baik. Bila anda selama
ini adalah penulis diari yang rajin, minimal tentukan mimpi bahwa diari itu
akan berguna bagi anda di masa depan dan bagi anak-anak anda kelak. Tak hanya
itu, bermimpilah untuk memeluk bulan
sekalipun (Oki Setiana Dewi).
Jangan ragu untuk menetapkan sebuah kebahagiaan bagi diri anda sendiri. Penulis
novel best seller, bedah buku karya sendiri, tulisan termuat di media cetak,
menjuarai even nasional lomba menulis, mendapat honor dan lain-lain.
Tatkala tujuan telah ada, kini tiba
saatnya anda berlari menjemputnya. Jangan lupa untuk memberitahu mimpi anda
pada sahabat atau seseorang yang anda percaya. Untuk menjadi jam beker eksternal
yang akan selalu mengingatkan anda dalam melangkah. Disinilah urgensi memiliki
kelmpok mastermind, seperti Arai (dalam
novel Sang Pemimpi) yang mempunyai Ikal
dan sebaliknya. Orang-oarang yang anda percaya akan mengingatkan anda
sewaktu-waktu anda tak tahu alamat yang dituju. Ini akan membantu anda
konsisten dalam perjalanan meraih mimpi besar yang telah anda buat sendiri. Karena konsistensi adalah jalan perubahan.
Kedua,
merefresh otak untuk sebuah ide
Mood itu diciptakan bukan dicari, andalah
aktor perubahan diri anda. Untuk bangkit dari kevakuman menulis ataupun
menghindarinya selain anda memerlukan motivasi berupa mimpi, anda pun perlu
merefresh otak secara rutin agar dapat menangkap ide-ide genial yang akan
dituangkan dalam tulisan. Beberapa tips yang bisa anda lakukan diantaranya,
membaca, browsing, silaturahmi, jalan-jalan, dan bermusik.
Membaca
Membaca merupakan nutrisi mujarab bagi
otak anda. Tanpa membaca kosakata anda tak akan bertambah dan wawasan sempit sehingga
tulisan anda tak berkembang. Belajarlah membaca efektif. Ketika anda tak menemukan
kesimpulan apapun dari buku yang anda baca berarti anda tidak membaca efektif. Sia-sia
waktu yang anda habiskan untuk melahap buku itu. Mulailah membaca efektif
dengan mencatat gagasan-gagasan yang terkandung dalam tulisan tersebut. Bisa
dengan membuat resensi atau resume.
Browsing
Era teknologi informasi mesti kita amini
sebagai akses kemudahan kita berkomunikasi dan mencari informasi. Popularitas sosial
media sebagai ajang pertemanan bisa anda manfaatkan untuk menemukan ide yang
fresh. Hampir tiap detik orang di dunia ini membuat status via sosial media. Ada
yang curhat, informasi berita, tausyiah dan lain-lain. Jangan melihat sebelah
mata pada hal-hal demikian, tergantung anda, bagaimana memaknai setiap status
yang bertebaran. Status curhat pun akan menjadi inspirasi bila anda dapat
mendapat maknanya.
Silaturahmi
Ternyata silaturahmi tidak hanya membawa
rezeki. Anda dapat menemukan ide dari pertemuan tersebut. Caranya mulai
biasakan silaturahmi dengan mendiskusikan hal-hal yang menarik, tidak ngobrol
ngalor-ngidul tak tentu arah. Diskusi ringan dalam silaturahmi membangun
keluwesan berfikir anda dan mendapat cara pandang baru terhadap suatu masalah
versi orang yang dikunjungi. Masukanlah agenda silaturahmi ke dalam jadwal
mingguan anda. Tak harus silaturahmi tokoh karena selalu ada makna dari apa
yang dibicarakan penjahat dan orang miskin sekalipun.
Ke
luar rumah
Alam yang telah diciptakan-Nya sudah
barang tentu menyimpan harta yang besar bagi umat manusia. Lihat Sumber Daya
Alam yang ditemukan orang-orang terdahulu, yang kini berguna bagi kehidupan
manusia. Anda pun dapat menemukan sesuatu yang besar di alam ini. Selain itu
fenomena sosial kemanusiaan yang ada masih banyak yang belum anda ketahui.
Keluar rumah sekarang juga, pergi ke
tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi disekitar anda. Tak perlu jauh-jauh
ke pegunugan atau ke pantai. Jika dekat rumah anda ada sungai, pergilah ke
pinggir sungai. Jika dekat rumah anda ada pasar, pergilah ke pasar. Temukan harta
karun yang terdapat disana. Bukan melamun disana tapi amati kejadian demi
kejadian.
Bermusik
Mungkin sebagian anda senang
mendengarkan musik tapi tidak bisa bermain alat musik. Namun penulis yakin ada
pula anda yang gemar dan bisa keduanya. Kini cobalah anda tak hanya jadi
pendengar musik tapi kuasailah salah satu alat musik, apapun itu. Memang ketika
anda menjadi pendengar pun, ide sudah bisa ditemukan melalui lirik-lirik indah
dan suara syahdu penyanyi dan alat musiknya. Tidak cukup itu saja, dengan
memainkan sendiri alat musik yang anda kuasai, kenyamanan dan rasa syahdu akan
terasa lebih dibanding sebelumnya. Bolehjadi anda malahan akan ternispirasi
untuk menulis sajak-sajak indah atau lirik lagu.
Ketiga,
take action
Ketika anda telah mengetahui apa-apa
yang mesti diwaspadai atau dilakukan. Sudah saatnya anda berbenah. Tips terakhir
dari penulis adalah take action. Tak berpanjang leba lagi, berdiri sekarang,
lakukan! Bisa anda mulai dengan meresume kembali tulisan ini sesuai ide yang
anda dapat ataupun anda mulai bermimpi besar terkait karangan-karangan yang
anda buat. Lakukan, yakin, dan berani bertindak.
Kita
tidak sedang menunggu takdir namun kita akan menjemputnya. Mari (mulai) menulis
lagi. Untuk masa depan, diri sendiri, dan orang lain.
Cibinong, Mei 2012
Eko
Wardaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar