Sabtu, 07 April 2012

Apa Pantas Disebut Mahasiswa?

Dimuat di Media Indonesia.com Sabtu 7 April 2012

Mulai dari fasilitas pemerintah seperti pagar DPR, pos polisi, dan mobil pelat merah serta fasilitas publik seperti pintu tol dan pagar tol rusak semua akibat ulah demonstran satu pekan lalu. Bahkan teganya para demonstran juga merusak fasilitas pribadi seperti kendaraan operasional pengusaha air minum dan SPBU. Ulah demonstran yang masih berstatus mahasiswa ini memang adalah sebuah wujud perlawanan dan penyampaian pesan kepada pemerintah terkait penolakan mereka terhadap kebijakan penaikan harga BBM.


Kebijakan ini dianggap melukai rakyat oleh seluruh mahasiswa aktifis gerakan yang notabenenya mereka berperan sebagai penyambung lidah rakyat lewat jalur ekstraparlementer. Namun agaknya gerakan demonstrasi tersebut malah tak mengundang simpati dan dukungan rakyat akibat pengrusakan dan kerugian yang dialami masyarakat. Alih-alih ingin membela rakyat, tapi mahasiswa dianggap rakyat sebagai biangkerok kerusuhan.

Tidak semua mayarakat memang beranggapan seperti itu, toh ada pula masyarakt yang mendukung demonstrasi-demonstrasi mahasiswa dengan memberikan bantuan materil berupa air minum dan bantuan doa. Sayangnya opini yang merebak adalah citra negatif gerakan mahasiswa, ini yang sebenarnya akan menghambat regenari di tubuh gerakan mahasiswa itu sendiri karena pastinya banyak orang tua yang melarang anaknya ikut demonstrasi.

Sesungguhnya apa yang melatarbelakangi anarkisme dalam demonstrasi gerakan mahasiswa sehingga berimbas pada citra negatif yang mereka terima. Menurut hemat penulis  hal yang membuat gerakan mahasiswa ini anarkis bukanlah aksi represif dan persekusi aparat. Melainkan problematika yang terdapat dalam internal tubuh mereka sendiri dan hanya satu hal penyebabnya namun berdampak luas, mereka belum memahami apa itu mahasiswa, seperti apa jati diri mahasiswa.

Seperti kita ketahui bersama mahasiswa berbeda dengan siswa, mahasiswa adalah insan cita dan intelektual yang merupakan metamorfosis dari fase siswa. Mereka  memiliki kekhasan ruh moral dan perbedaan cara pandang sebagai kaum terdidik. Sehingga kesadaran akan peran dan tanggung jawabnya dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari. Baik dalam perkuliahan ataupun kehidupan sosial.

Yang kita lihat saat ini tidaklah pantas disebut mahasiswa, mereka tidak mencerminkan nilai-nilai keagungan sebuah masyarakat terpelajar. Meraka masih terjebak dalam pemikiran muda sebagai siswa yang tidak berpikir panjang dan telah mengidap gejala heoirsme yang tak dapat mengontrol emosi kepahlawanan. Sehingga berbalik menjadi emosi kemarahan yang dilampisakan pada aparat atau fasilitas umum. Mereka yang berperilaku seperti itu tidak pantas disebut mahasiswa tapi lebih layak disebut masih siswa.

Proses pembinaan dalam gerakan mahasiswa bertanggungjawab membentuk mehasiswa sejati, merubah pola pikir dan mematangkan pribadi-pribadinya. Bukan direkrut hanya ikut demonstrasi tanpa ada pemberiaan pemahaman apa itu mahasiswa dan apa peran mereka untuk bangsa serta bagaimana seharusnya membela rakyat, apakah hanya demonstrasi saja atau ada yang lain dan sebagainya.


Eko Wardaya

1 komentar:

  1. semua itu tidak sebanding apa yg di lakukan oleh oleh koruptor(garong uang rakyat).... itu sebagai bukti kemarahan MAHASISWA terhadap penyelengara negara yg hanya mementingan kelompok dan golongan.
    _________________________________________
    tulisanya mantap tuhhh bang,,,ajari aku nulis donk bang.hehehe.
    Salam Kenal, moga sukses selalu.

    BalasHapus