Selasa, 31 Januari 2012

Saatnya Pemerintah Serius!

Dimuat di Okezone.com 1 Februari 2012 
http://kampus.okezone.com/read/2012/02/01/367/567355/saatnya-pemerintah-serius

Minuman keras (miras), apa pun namamu
Tak akan kureguk lagi
Dan tak akan kuminum lagi
Walau setetes (setetes)
Dan narkotika (tika), apa pun jenismu
Tak akan kukenal lagi
Dan tak akan kusentuh lagi
Walau secuil (secuil)

Gara-gara kamu orang bisa menjadi gila
Gara-gara kamu orang bisa putus sekolah
Gara-gara kamu orang bisa menjadi edan
Gara-gara kamu orang kehilangan masa depan

Mirasantika? (no way...)

Melalui lagu ini Rhoma Irama berpesan kepada seluruh rakyat Indonesia akan bahaya miras dan narkoba. Lagu yang dipopulerkan pada era 90-an akhir ini masih sangat relevan dengan kondisi Indonesia sekarang. Dimana masih banyak penikmat makanan dan minuman penuh racun ini. Tragedi berdarah Tugu Tani (22/1) membuka mata kita bagaimana mudahnya seorang Afriani dan rekan-rakannya mendapatkan barang haram tersebut.

Afriyani, si sopir Xenia pembunuh massal, agaknya sedang sial saat kejadian. Sembilan orang tertabrak saat ia tak sadar akibat pengaruh obat-obatan terlarang. Bahkan beberapa hari setelah kejadian pun ia masih belum normal. Terlihat tak ada rasa sesal bila kita lihat sosok raut wajah wanita alumni IKJ ini. Sepekan sebelumnya pilot maskapai penerbangan Lion Air tertangkap basah sedang berpesta narkoba bersama teman-temanya. Seketika habislah sudah karirnya sebagai pilot, seperti kata bang Rhoma, gara-gara kamu (narkoba) orang kehilangan masa depan.

Sebuah refleksi bagi pemerintah, sebesar apa usaha yang dilakukan dalam memberantas narkoba. Sampai-sampai bisa kecolongan untuk kesekian kalinya. Bahkan akhir-akhir ini insan intelektual negeri kita banyak menyangsikan usaha pemerintah. Salah satunya karena pencabutan perda miras yang dilakukan Mendagri beberapa waktu sebelum tragedi Xenia maut.

Terlepas dari persoalan pencabutan perda, pemerintah kini harus mulai kembali mengibarkan bendera perang terhadap narkoba. Melalui dua kasus di atas seharusnya pemerintah akan mendapatkan jalur menuju gembong narkoba yang ada dibalik peredaran barang haram tersebut ke tanah air. Tapi apakah cukup pemberantasan narkoba dilakukan berkaitan dan hanya melalui dua kasus di atas. Seperti penulis katakan di muka bahwa Afriani saat itu sedang sial, begitupun pilot Lion Air. Bagaiman para pemakai lain yang sedang beruntung.

Pemerintah melalui BNN yang memang bertugas dalam ranah pencegahan dan pemberantasan narkoba harus lebih serius. Mana jargon no drugs no alkohol yang dulu pernah beredar di kalangan pemuda. Seakan hilang digilas rumitnya persoalan politik tanah air. Apalagi aparat turut andil memback up transaksi barang haram itu, tak jarang pula aparat yang mencari penghasilan dari penjualan narkoba.

Naas, inilah bukti ketidakseriusan pemerintah dalam memberantas peredaran narkoba. Aparat yang seharunya berada di garis depan tapi sebaliknya. Percuma pendidikan moral diselenggarakan di sekolah-sekolah agar siswa menjauhi narkoba jikalau pemerintah sendiri terkesan lamban memburu dan memutus aktifitas gembong besar peredaran narkoba yang ada. Strategi pencegahan dan pemberantasan harus dijalankan serentak, tentunya dengan menggandeng juga elemen non pemerintah yang konsentrasi di bidang ini. Mari mulai serius, begitupun elemen masyarakat, jangan sampai tak bergerak hanya karena mengandalkan hadirnya perda miras.


Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor

Senin, 30 Januari 2012

Akibat Tak Sesuai Aturan

Dimuat di Media Indonesia.com 22 Januari 2012

Akhir-akhir ini seringkali kita mendengar pemberitaan tentang perampokan minimarket yang terjadi di kota-kota besar. Minimarket menjadi makanan empuk para perampok yang ditenggarai kebanyakan adalah perampok pemula. Hal tersebut terlihat dari banyaknya aksi perampokan yang tertangkap oleh CCTV di dalam minimarket, sehingga kita dapat dengan jelas melihat pelaku dan cara mereka melakukan aksi perampokan.

Berbagai aksi perampokan ini sangat meresahkan masyarakat dikarenakan keberanian para pelaku. Perampokan minimarket tak melihat waktu, sore hari pun dapat terjadi. Mereka berani menodongkan senjata api ke arah karyawan minimarket. Sama halnya dengan minimarket, yang menjamur di berbagai kota, perampokan minimarket pun seperti menjamur, terus terjadi berulang kali.

Sesungguhnya dari mana akar penyebab maraknya perampokan minimarket yang terus berulang? Sudah kita ketahui bersama bahwa legalitas pendirian minimarket di beberapa daerah saat ini sangat mudah. Tak semua daerah memang, seperti Solo yang menolak banyak pengajuan izin usaha minimarket.

Izin usaha bisa diperoleh lewat mafia perizinan di pemerintah daerah ataupun back up dari anggota dewan setempat. Maka tak heran bila jarak minimarket satu dan lainnya tak sampai 1 km. Serta jangan kaget apabila menemukan minimarket bodong yang sudah beroperasi walau izin belum turun.

Padahal sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan no 53 tahun 2008 dan Peraturan Presiden no 112 tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, perizinan pendirian miniarket tidaklah semudah dan secepat yang terjadi saat ini.

Disebutkan dalam salah satu butirnya bahwa permintaan izin usaha toko modern (IUTM) untuk minimarket wajib dilengkapi berkas studi kelayakan termasuk analisis mengenai dampak lingkunagan terutama aspek sosial budaya dan dampaknya bagi pelaku perdagangan eceran setempat.
Membuat berkas tersebut tidak seperti menulis karangan cerita, tapi pelaku usaha harus terjun langsung ke masyarakat dan menyambangi pihak yang bertanggungjawab disana (baca: kelurahan, RT dan RW) guna mendapatkan analisa kualitatif dan kuantitatif sesuai relita.

Kita dapat menyimpulkan bahwa akar permasalahan berawal dari pelaku usaha yang tak mengikuti aturan perundang-undangan dalam pendirian usaha minimarket. Sehingga memunculkan hal-hal penyebab terjadinya perampokan, diantaranya pertama faktor eksternal, minimarket tak dihiraukan keberadaan dan pengamanannya oleh “tetangga” (baca: pedagang eceran/masyarakat) mereka. Tetangga minimarket acuh dan tak respek terhadap kondisi keseharian minimarket, bahkan bisa pula cemburu merasa dirugikan sehingga bisa saja merakalah yang melancarkan aksi tersebut.

Kedua faktor internal minimarket yang tak dilengkapi sistem keamanan pribadi. Karena memang pelaku usaha sedari awal hanya berorientasi terhadap keuntungan usaha sehingga mengabaikan sistem manajemen perusahaan termasuk keamanan sekalipun hanya minimarket.



Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor


Jumat, 27 Januari 2012

Dewan Perampok Rupiah

Dimuat di Harian Lampung Post 27 Januari 2012 
http://www.lampungpost.com/surat-pembaca/22950-t-ragedi-kepemilikan-bersama.html


Sangat menghebohkan, lagi-lagi orang-orang senayan (baca: anggota DPR) berulah. Setelah borok beberapa anggota DPR terungkap satu per satu, kini muncul lagi borok lain. Wajah bopeng anggota Dewan menghiasai pemberitaan akhir-akhir ini karena anggaran wah yang digelontorkan untuk pembangunan ruang Badan Anggaran senilai Rp 20 miliar.

Tak ada yang mau disalahkan, semua melempar tanggung jawab dan saling tuding. Mulai dari Marzuki Ali selaku ketua DPR yang mengaku tak tahu menahu, Bu Sekjen Nining yang mengaku sudah berkoordinasi dengan BURT, Pius selaku pimpinan sidang penetapan anggaran tersebut yang juga mengaku bahwa ia hanya menerima laporan singkat. Entah siapa yang menjadi otak keladi anggaran ruang banggar.

Sebagaimana kita ketahui DPR adalah lembaga legislatif yang beranggotakan wakil masing-masing daerah pemilihan yang langsung dipilih rakyat. Dalam hal ini merupakan implementasi konsep demokrasi tak langsung dimana suara rakyat disampaikan wakilnya di DPR. Otomatis hak semua anggota DPR sama, segala keputusan harus diambil atas kesepakatan bersama seluruh anggota DPR melalui Rapat Paripurna.

Jadi kenapa anggota DPR masih saja mengelak? Tak peduli ulah perorangan atau kolektif, tetap saja citra wakil rakyat kian memburuk. Maka pantaslah bila akronim DPR adalah Dewan Perampok Rupiah. Sudah berulangkali rupiah dirampok, tak jarang rupiah yang jumlahnya dapat digunakan membangun jembatan Indiana Jones di Lebak masuk kantong pribadi.

Perilaku pejabat legislatif saat ini sudah sangat keterlaluan. Selalu saja menuai kontroversi khusunya dalam penganggaran berbagai hal yang dianggap sebagai kebutuhan mereka. Masih terngiang ditelinga kita kontroversi anggaran pembangunan gedung baru, mobil dinas mewah, dan kunjungan kerja luar negeri mereka.  

Awal tahun 2012 selain proyek Ruang Banggar ada pula kontroversi anggaran di DPR, diantaranya perawatan gedung DPR Rp 500 miliar, papan selamat datang Rp 48 miliar, kalender DPR RP 1,3 miliar dan makanan Rusa Rp 598 juta.

Kini tinggal kita nanti saja siapa yang akan terseret ke bui. Satu perampok masuk bui, maka perampok yang lain pun segera terendus. Tak heran pernah muncul kasus cek pelawat berjamaah. Namanya juga Dewan Perampok Rupiah, semua keputusan bersifat kolektif termasuk korupsi.

Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor

Kamis, 26 Januari 2012

Dewan Pengkhianat Rakyat

Dimuat di E-campusradio.com 26 Januari 2012

Euforia kebangkitan produk dalam negeri masih hangat di telinga kita, di awali mobil Kiat Esemka, satu persatu karya anak bangsa muncul ke permukaan. Tak hanya produk otomotif, bahkan pesawat pun ada. Semangat cinta dalam negeri kembali bergaung, terlebih peran pejabat yang turut membranding dan menjadikan produk tersebut ikon sehingga harapan akan kemajuan industri dalam negeri pun melambung tinggi.

Tapi ditengah pesona karya anak bangsa, lagi-lagi orang-orang di senayan (baca: anggota DPR) membuat sensasi liar. Kini tak diketahui jelas siapa yang menjadi aktornya. Renovasi ruang banggar menghabiskan dana Rp 20 miliyar, dana fantastis yang melukai hati rakyat. Disaat jembatan Indiana Jones di Lebak menjadi perhatian Internasional, disaat satu ruang di gunakan dua kelas yang berbeda di Bogor. Sungguh memprihatinkan perilaku anggota DPR saat ini.

Ditambah satu hal yang paling menyesakkan, khususya bagi nafas kebangkitan produk dalam negeri, salah satunya yaitu kursi yang ada di ruang baru tersebut diperoleh dari Jerman seharga Rp 24 juta. Tak sejalan dengan pemerintah yang sedang gencar menyuarakan cintai produk dalam negeri. Tak peduli yang salah siapa, baik itu pimpinan DPR, BURT ataupun Setjen. Yang masyarakat awam tahu, ini ulah orang-oarang senayan ailias DPR.

Muncul pertanyaan besar, mengapa barang-barang di ruang tersebut harus di impor dari luar negeri, bukankah tanah air ini menyimpan segudang kreativitas, lihat mobil Esemka. Saat ini pemberitaan media pun beralih ke DPR. DPR mencederai cinta produk dalam negeri sekaligus menghambat kebangkitan era industri lokal.

Mereka sebagai wakil rakyat seharusnya menjadi teladan dan bersuara atas jeritan rakyat. Bukan nafsu pribadi atau golongan seperti yang sering terlihat. Lebih baik anggaran yang ada dialokasikan untuk rakyat dibandingkan menampilkan gaya hedonis DPR di senayan.

DPR sangat pantas mendapat gelar Dewan Pengkhianat Rakyat karena mereka telah mengkhianati anak bangsa (baca: siswa SMK) yang sedang bekerja keras mengembangkan produk buatan sendiri, mereka yang sedang butuh dukungan moril berbagai pihak.

Apabila DPR terus menerus melakukan pengkhianatan kepada rakyat bukan tidak mungkin rakyat akan memberikan mosi tidak percaya kepada mereka sebelum masa jabatan berakhir atau paling tidak masyarakat akan mencabut dukungan terhadap wakilnya di DPR untuk periode DPR RI mendatang.

 

Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor

Jangan Dilupakan Tapi Diikhlaskan

Dimuat di Dakwatuna.com 25 Januari 2012

Terus terbayang mengoyak pikiran
Sendu kala berjuang dulu
Tangis dalam perjalanan lalu
Kecewa saat semangat dan langkah menyatu

Pikiran melayang jauhi impian
Seakan bumi enggan mengasihi
Takut melihat wajah dunia kini
Malu menatap jubah perang tertanggalkan

Rindu akan hadirnya Illahi
Dalam nafas jiwa raga diri
Ingin rasanya mencari
Jarum  harapan dalam jerami kalbu

Sekali mencoba cermin tak terjaga
Memantulkan kembali kematian hati saat dahulu
Terus merambat hingga denyut nadi
Cepat, cepat tak tertahan

Menolehkan muka ke tanah
Berharap sinar mentari datang
Atau cahaya rembulan tak padam
Atau nyala lentera peradaban

Beribu kali terulang
Bangkit tak bisa
Bangun tak mampu
Hanya karena suramnya masa lalu

Ingin dilupakan namun tak mampu
Karena terlalu manis
Serta terlalu pahit
Untuk dihilangkan dari ingatan

Maka sekali-sekali tak akan dicoba lagi
Energinya mubazir
Menjadi semakin terpatri di dalam otak ini
Bukannya menghilang

Mendalami setiap titik tragis perputaran roda
Menggali cermin untuk masa depan berkilau
Itulah sewajarnya
Tak usah melakukan apa-apa

Diam, diam dan maju kedepan
Membawa asa gapai impian
Menoleh kebelakang sebagai rambu perjalanan
Untuk mnghindari lubang hitam kekalahan

Maka jangan dilupakan
Tapi diikhlaskan


Eko Wardaya

Jumat, 20 Januari 2012

Anggota Dewan Kota Bogor Loyo

Dimuat di Mediaindonesia.com 21 Januari 2012
http://www.mediaindonesia.com/citizen_read/3071
dan Harian Radar Bogor 22 Januari 2012
http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=87898

Miris, kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi anggota dewan kota Bogor pada saat Rapat Paripurna Awal tahun 2012 hari senin (9/1). Bukan karena mereka tidur dalam sidang atau ngaretnya pembukaan rapat. Itu sudah biasa terjadi dan membuat bosan masyarakat untuk berkomentar, karena tak banyak perubahan.

Tapi karena ada bangku kosong di tengah-tengah mereka. Seperti yang disampaikan Ketua DPRD Kota Bogor di awal Rapat, bahwa dari 45 anggota dewan hanya 38 orang yang hadir. Kemana 7 anggota dewan lainnya? masih adakah agenda yang lebih prioritas dibanding kewajiban mereka untuk mengikuti rapat paripurna.

Aneh jika masih ada alasan, padahal tahun baru layak diiringi dengan semangat baru, semangat perbaikan karena pastinya setiap orang sudah membuat resolusi perbaikannya di tahun 2012 ini. Pun juga anggota dewan, terlebih mereka baru saja pulang ke dapil masing-masing untuk berdialog dan menjaring aspirasi masyarakat.

Tidakkah anggota dewan ingin memberikan yang lebih baik untuk konstituennya di tahun 20012 ini. Jika rapat saja malas, bagaimana menjalankan tugas lainnya. Semoga pemandangan miris ini bukan menggambarkan semangat loyo keseluruhan anggota dewan kota bogor.

Selamat bertugas di tahun naga air. Tahun baru harusnya semangat baru. Jadilah teladan untuk kota Bogor lebih baik.


Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor

Senin, 16 Januari 2012

Dukung Produk Dalam Negeri 100% atau Mati

Dimuat di Harian Lampung Post Senin 16 Januari 2012
http://lampungpost.com/surat-pembaca/21856-fenomena-duafa-enterprise.html
dan Harian Suara Karya Senin 6 Februari 2012 
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=296653

Hawa segar kebangkitan produk dalam negeri menyeruak di seantero tanah air beberapa pekan terakhir. Adalah mobil Kiat Esemka pembuka asa disaat karut marutnya kondisi politik dan hukum di Indonesia. Perhatian publik pun berpaling ke arah karya anak SMK di Solo tersebut sampai hari ini. Terbukti dari banyaknya pengakses situs mobil Kiat Esemka dan jumlah order mobil tersebut yang diklaim mencapai ribuan pemesan terhitung sejak diluncurkan.

Jokowi (Joko Widodo) sebagai Walikota Solo yang membranding mobil Kiat Esemeka adalah aktor dari mencuatnya pemberitaan di media. Dukungan riil yang dilakukan dengan membeli mobil tersebut membuat pejabat di daerah latah untuk  memakai mobil Kiat Esemka.

Terlepas dari isu politisasi mobil Kiat Esemka sebagai branding pejabat, terdapat dampak lain yang muncul. Daerah-daerah gencar memamerkan produk-produk siswa SMK mereka. Tak hanya produk otomotif, di bidang pariwisata dan usaha pun ada bahkan tanpa diketahui publik sudah ada yang dipasarkan. Pertanyaannya kenapa baru muncul sekarang?

Tak dapat dipungkiri minimnya dukungan pemerintah menjadi batu sandungan meroketnya produk-produk dalam negeri yang ada. Mulai dari perizinan sampai dukungan investasi atau paling tidak berupa apresiasi adalah nol besar. Sehingga masyarakat semakin nyaman dengan produk asing yang ada. Boleh jadi karena ketidaktahuan atau ragu akan kualitas produk tanah air. Berbeda dengan masyarakat Jepang yang mencintai produk dalam negeri mereka sejelek apapun kualitas produk tersebut.

Belajar dari kemunculan heroik mobil kiat Esemka dan apresiasi masyarakat Jepang terhadap produk dalam negeri, setidaknya ada beberapa hal yang harus dieksekusi pemerintah.

Pertama, pemerintah harus memberi investasi terhadap penelitian dan pengembangan karya anak bangsa karena budaya Imiah inilah yang harus digalakkan demi mencapai kualitas mumpuni untuk bersaing di pasar nasional dengan produk asing.
Kedua, pemerintah harus mempermudah akses perizinan untuk peluncuran, produksi massa, dan pemasaran karya anak bangsa. Perizinan merupakan hambatan yang disuarakan oleh para kreator produk tersebut.

Dan ketiga, pemerintah membranding produk anak bangsa dengan regulasi pemakaian di lingkungan pemerintahan. Hal ini akan menjadi sosialisasi bagi masyarakat dengan teladan para pejabat yang memakainya. Dukungan 100% mutlak dilakukan pemerintah diiringi konsistensi dan kontinuitas lintas rezim bila tidak ingin kegagalan mobil Timor terulang kembali.


Eko Wardaya
Wakil Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Bogor

Sabtu, 14 Januari 2012

Bukti SMK Bisa, Indonesia Bisa

Dimuat di Okezone.com 12 Januari 2012  
http://kampus.okezone.com/read/2012/01/12/367/555840/bukti-smk-bisa-indonesia-bisa
dan e-campusradio.com 13 Januari 2012
http://www.e-campusradio.com/2012/01/bukti-smk-bisa-indonesia-bisa.html


Selama ini SMK dianggap sebagai sekolah menegah strata kedua dalam masyarakat Indonesia. Siswa yang bersekolah di SMK dianggap orang “buangan” dengan berbagai penafsiran yang tidak lebih baik dari siswa SMA. Dapat dilihat dari jumlah peminat SMK yang jauh lebih sedikit dibandingkan SMA.

Padahal orientasi profil SDM lulusan SMK dan SMA sudah jelas berbeda. SMK lebih menitikberatkan profil lulusan yang terampil dan siap bekerja. Sehingga bobot muatan pendidikan pun lebih banyak prakitk di luar kelas dibandingkan teori di dalam kelas. Tak heran pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan gencar mengampanyekan SMK dengan berbagai program yang ada, seperti program SMK Bisa. Hal ini dilakukan untuk memenuhi pos-pos lowongan pekerjaan yang membutuhkan profil lulusan SMK.

Kini terjawab sudah keraguan akan lulusan SMK dengan munculnya karya-karya mereka. Diawali mobil Kiat Esemka hasil karya tangan siswa SMK di Solo yang langsung disambut apresisai Pemkot Solo. Dan dengan sekejap menjadi perhatian publik di awal tahun naga ini.

Tak mau ketinggalan, berbagai daerah turut serta memamerkan karya nyata siswa SMK di masing-masing daerah. Seperti LCD dan mesin pengolah limbah karya siswa SMK di Bogor sampai pesawat karya siswa SMK di Bandung.

Walupun banyak produk yang masih terhambat perizinan sehingga belum dapat digunakan, diproduksi massal, ataupun di pasarkan. Berbagai karya nyata siswa SMK membuktikan bahwa Indonesia pun bisa memproduksi sendiri produk-produk yang dibutuhkan masyarakat, tak hanya otomotif, boleh jadi diberbagai bidang.

Saat ini baru mobil kiat Esemka yang namanya mencuat oleh karena peran cepat pemkot Solo dalam membranding karya tersebut. Inilah yang akan menjadi PR besar pemerintah pusat untuk menindaklanjuti. Jangan sampai menguap hanya beberapa waktu saja.

Dengan berbagai potensi Sumber Daya Alam yang melimpah dan Sumber Daya Manusia yang cerdas bukan tidak mungkin kebangkitan produk tanah air segera tiba dan memasyarakat. Sehingga terwujud negara Indonesia sebagai produsen bukan konsumen seperti selama ini terjadi. Pun dahulu negara Jepang harus tertatih-tatih mewujudkan kualitas produksi dalam negerinya hingga bisa mencapai kesuksesan seperti sekarang.



Eko Wardaya
Wakil Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Bogor

Senin, 09 Januari 2012

Perlu Kedewasaan Dalam Bercanda


Telah menjadi lumrah dalam setiap hubungan pertemanan terdapat aktivitas bercanda yang menjurus ke saling ejek atau biasa kita kenal dengan istilah ceng-cengan. Dari remaja sampai mahasiswa telah terbiasa akan hal ini.

Memang ceng-cengan adalah kebiasaan buruk yang dalam tataran norma pun dianggap negatif, bahkan dalam agama pun itu dilarang. Namun kebiasaan negatif ini justru mempunyai efek positif dalam lingkup pertemanan dengan syarat dan ketentuan berlaku.

Efek positif yang didapat, pertama soliditas ikatan pertemanan. Pada lingkup geng-geng pertemanan, kita bisa melihat keakraban yang mendalam. Ditandai dengan adanya aktivitas ceng-cengan yang tidak menyebabkan permusuhan dan pertengkaran. Melainkan menjadi bahan lelucon dan membuat suasana yang asyik dalam lingkup tersebut.

Dan kedua sebagai penawar kepenatan. Setelah berbagai kesibukan mendera, maka nongkrong bareng adalah sesuatu yang dinanti. Pastinya dalam rangkaian nobar ini juga diumbui ceng-cengan agar suasana benar-benar menghilangkan kepenatan dan mendatangkan keceriaan batin.

Nah bagaimana agar kebiasaan ini tetap bermanfaat namun tak keluar dari range negatif versi norma dan agama? Serta tidak menyakiti orang lain tentunya. Ya, perlu ada kedewasaan dalam bercanda.

Maksudnya adalah sikap tak berlebihan dalam ceng-cengan dan dengan niat tak menyakiti orang yang menjadi objek tersebut. Karena apabila niat kita memang untk menyakiti orang yang menjadi objek ceng-cengan, efek positif pun tak akan diperoleh.

Orang yang menjadi objek akan merasa terhina dan terpantik untuk marah, akibatnya permusuhan yang didapat. Bukan soliditas ikatan pertemanan apalagi menghilangkan kepenatan.

 
Eko Wardaya

Minggu, 08 Januari 2012

Rumah Murah, Rakyat dan Politik Penguasa

Dimuat di Mediaindonesia.com 4 Januari 2012
http://www.mediaindonesia.com/welcome/opinipublik_all/110/10

Manusia sebagai makhluk hidup yang sempurna membutuhkan bermacam-macam barang dan jasa untuk menjalani kehidupan. Salah satu kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi adalah tempat tinggal selain tentunya makanan dan pakaian. Dalam Ilmu Ekonomi berdasarkan tingkat kepentingan/prioritas, makanan, pakaian, dan tempat tinggal termasuk dalam kategori kebutuhan primer. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang bersifat wajib dipenuhi.

Selain kebutuhan primer masih ada kebutuhan sekunder dan tersier yang mana diperlukan ketika semua kebutuhan dengan cost lebih rendah telah terpenuhi. Sebagai contoh, setiap hari seseorang yang dapat menikmati makan tiga kali sehari akan membutuhkan makanan yang beragam agar tidak bosan, setelah itu ia akan memerlukan buah dan makanan pencuci mulut lainnya sebagai pelengkap untuk menunjang kesehatannya.

Seperti yang telah disebutkan di muka bahwa kebutuhan akan tempat tinggal tidak bisa dinafikkan. Rumah adalah tempat beristirahat, tempat berlindung, dan wadah harmonisasi suatu keluarga. Maka tak salah ada ungkapan rumahku adalah surgaku. Karena semua manusia mengidamkan kepemilikan pribadi atas rumah yang nyaman.

Di Indonesia masih banyak rakyat yang tidak mempunyai hunian tetap. Mereka tinggal dirumah kontrakan atau kos-kosan. Padahal rata-rata mereka adalah pekerja yang sudah mempunyai penghasilan tetap dan pedagang yang berpenghasilan. Bisa dikatakan mereka itulah kalangan rakyat menengah, khusunya menengah ke bawah.

Harga rumah di era saat ini menyebabkan kalangan rakyat menengah harus berpuasa sepanjang hari apabila ingin mengambil kredit rumah. Apalagi bagi mereka pekerja kontrak dan outsourcing. Masa depan pekerjaan yang sedang digeluti sulit diprediksi, mungkin saja tahun depan kontrak akan diputus atau diperpanjang, mereka tidak tahu menahu. Begitu juga bagi profesi pedagang asongan dan kaki lima. Gulung tikar bisa menjadi ancaman setiap saat.

Sudah sepatutnya apreasiasi dan tepuk tangan kita berikan kepada pemerintah yang dalam hal ini membuat program rumah murah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Dukungan rakyat tak lepas dari kesuksesan program tersebut. Namun kiranya hujatan dan cacian pun lumrah apabila program tersebut tak menjadi solusi pemenuhan kebutuhan rakyat akan tempat tinggal yang murah nan nyaman.

Bagaimana progres program tersebut hari ini? Ternyata program tersebut semakin jauh dari imajinasi visual kebanyakan orang. Bukan karena wujud yang kurang ramah melainkan terhambatnya program tersebut di dareah. Target 50.000 unit rumah murah pada tahun 2011 pun kandas sehingga Kemenpera menurunkan target menjadi 25.000 unit. Bahkan dari target yang sudah diturunkan, hanya terealisasi tak sampai 50%.

Permasalahan klasik otonomi daerah membuat program ini terkekang regulasi (Perda RTRW) untuk penyediaan lahan yang belum ada atau belum disahkan serta pembiayaan yang bergantung ke pemerintah pusat. Seakan tak ada semangat yang sama antara pemerintah pusat dan daerah dalam hal pemenuhan kebutuhan rumah murah. Alhasil program mandek dan terbengkalai di beberapa daerah.

Hal ini menimbulkan pertanyaan kritis, sebenarnya rumah murah adalah program atau kampanye politik penguasa? Sebagaiman kita telah ketahui, politik pencitraan menjadi brandmark penguasa saat ini. Kelihaian dalam berkomunikasi politik membawa senyum bagi rakyat di awal dan derita di akhir.

Tak adanya keseriusan menjalankan program terlihat dari gerak pemerintah pusat-daerah yang non sinergis. Rumah murah hanya cabang dari permasalahan klasik otonomi daerah. Tahun telah berganti, suhu politik semakin meningkat apakah rakyat diminta menjadi tumbal yang hanya bisa menikmati angan belaka? Rumah murah adalah hak rakyat dan kewajiban pemerintah merealisasikannya. Karena kekuasaan adalah amanat rakyat dan pemerintah mengemban hal itu demi mewujudkan kesejahteraan rakyat bukan untuk kepentingan politik penguasa.
 
Eko Wardaya
Wakil Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Bogor

Selasa, 03 Januari 2012

PLN Tolong Beri Penjelasan

Dimuat di Kompas.com 3 Januari 2012
http://www1.kompas.com/suratpembaca/read/29034
dan Harian Radar Bogor 12 Januari 2012
http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=ramadhan.detail&id=87244

Kota Bogor pada hari selasa (2/2) gelap gulita di sekitar waktu maghrib, pusat kota sampai terminal hanya dihiasi cahaya kendaraan. Entah apa yang terjadi dengan penerangan yang bersumber dari PLN. Tak ada pemberitahuan, pun tak ada penjelasan sampai hari ini. Padahal cuaca pun tak menunjukkan gelagat yang buruk.

Banyak orang bertanya-tanya di jalan tentang keadaan petang itu. Dan seringkali hal seperti ini terulang, mati lampu di beberapa daerah di Kota Bogor tanpa masyarakat tahu apa penyebab pemadaman tersebut, sengaja ataukah accident. Jikalau saya melihat keadaan petang kemarin, banyak toko-toko tutup karena mereka tidak menggunakan jenset.

Kondisi seperti ini menghasilkan rasa ketidaknyamanan yang dirasakan warga. Kareana penerangan merupakan salah satu kenyamanan yang dibutuhkan warga kota Bogor, agar aktifitas yang masih ada pada petang sampai malam hari tak terhambat atau bahkan sampai terhenti, khusunya bagi mereka pedagang dan pekerja yang masuk malam.

PLN harus memberi penjelasan kepada warga terkait kegelapan yang menyelimuti Kota Bogor Selasa kemarin. Semua ini demi terwujufnya Kota Bogor Beriman. Saya harap PLN mendukung terwujudnya Kota Bogor Beriman (Bersih , Indah, dan Nyaman).



Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor

Senin, 02 Januari 2012

GALAU (God Always Listening Always Understanding)

Dimuat di Dakwatuna.com 11 Januari 2012
http://www.dakwatuna.com/2012/01/17454/galau-god-always-listening-always-understanding/

Sahabat, ada yang pernah mendengar kata ini, galau? Seringkali kita mendengar kata galau di lingkungan kita, cb sahabat ingat-ingat. Atau sahabat sekarang bisa buka facebook, kemungkinan kata galau akan muncul menghiasi beranda facebook kita. Siapa yang mempopulerkan kata ini, saya kurang tahu. Tetapi hampir semua kalangan rasa-rasanya pernah menggunakan kata ini, paling tidak akhir-akhir ini.

Selanjutnya saya ingin bertanya kepada sahabat, adakah diantara sahabat yang sering merasa galau? Sepertinya tak usah bertanya pun saya tahu bahwa sahabat semua pernah mersakannya, bahkan sampai mengungkapkan kegalauannya di status facebooknya, entah langsung memamerkan kata galau atau dengan kalimat yang menyatakan kegalauan sahabat.

Memang sebenarnya arti kata galau itu apa ya? Saya mengajak sahabat memahami kata ini dengan melihat kisah orang-orang yang katanya galau yang pernah saya temukan.

Ada seorang mahasiswa terlihat sedang duduk di lobi kampus, tak jelas sedang apa, kerjanya garuk-garuk kepala, kelihatannya ia sedang menunggu jam kuliah kedua. Kadang ia duduk lalu berdiri kemudian duduk lagi. Atau ia mondar-mandir ke ruang kuliah dan balik lagi ke lobi. Sesaat saya mendengar salah seorang temannya bertanya, “Kenapa sih loe?” si mahasiswa pun menjawab, “Galau gw.”

Di lain waktu saya mengamati dari kejauhan seorang wanita ngelamun saja di taman, dari pagi sampai dzuhur saya lihat dia masih diam sendirian, ketika ia pergi, saya pun menyambangi tempat duduknya dan melihat secarik kertas yang sudah penuh coretan wanita tadi, terseliplah disitu kata galau.

Setelah mahasiswa dan seorang wanita, ternyata saya kembali melihat hal yang menarik dan membuat saya semakin penasaran dengan kata galau. Saat mengadakan rapat organisasi, masing-masing peserta rapat harus memberikan usul dan pendapat, namun ketika salah seorang teman saya diberi kesempatan akan hal itu, ia menolak bicara dan diam seribu bahasa, hanya satu kalimat yang ia katakan, “Maaf saya lagi galau,” Seketika itu juga seluruh peserta rapat ingin mengetahui apa gerangan yang menyebabkan hal itu terjadi. Akhirnya ia pun menjelaskan masalah yang sedang ia hadapi. Ia bingung harus bagaimana menceritakan kepada orang tuanya tentang nilai ujian semesternya yang terbilang rendah.

Sahabat, dari tiga peristiwa tadi kita dapat menyimpulkan makna galau yang beken di masyarakat. Galau bermakna perasaan yang tidak jelas, kebingungan, putus asa, atau tidak mood. Tetapi apa benar itu maknanya? Ketika saya googling, ternyata makna galau lebih mengarah kepada suatu perasaan yang tidak jelas dikarenakan oleh orang lain.

Namun ternyata di masyarakat kata galau sering digunakan pada perasaan-perasaan negatif, seperti tidak mood, putus asa, bingung, bimbang, dan banyak lagi.

Terlepas dari semua pemaknaan tentang kata galau dan terlepas dari bagaimana sahabat semua mendefinisikan kata galau, intinya galau menyatakan perasaan negatif terjadi pada diri sahabat. Iya negatif thingking sedang mnyelimuti seluruh tubuh sahabat.

Sahabat, mari mengubah pandangan hidup kita terhadap suatu kejadian yang menimpa kita, terlebih kejadian yang tidak mngenakkan. Saya yakin sahabat pernah mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan dalam hidup ini bahkan efek dari kejadian tersebut membuat sahabat putus asa, lebih jauh lagi banyak sahabat kita yang meninggalkan Sang Pencipta karena berpikir bahwa ia tidak mendapatkan keadilan hidup di bumi ini.

Benarkah seperti itu? Jawabannya tidak. GALAU, God Always Listening Always Understanding.

Be positif thinking friends.... Allah mengetahui apa yang hambanya butuhkan, cobalah ingat apa yang pernah kita inginkan dulu. Cobalah ingat apa yang pernah kita minta dalam doa, tak pernahkah terkabul?

Ayo buang prasangka negatif dalam diri kita, bagaimanapun keadaan kita. Karena perasaan negatiflah yang membawa lesunya tubuh kita untuk begerak, malasnya otak kita berpikir, sampai putus asa tak mencari ide, atau bisa-bisa bunuh diri. Lihatlah orang-orang yang menyatakan dirinya galau, mereka lesu, tak semangat, tak jelas apa yang dikerjakan. Sebegitu tak produktif dan hanya membuang waktu.

Sekarang cobalah memaknai galau dalam bingkai positif thingking, God Always Listenig Always Understanding. Saya yakin sahabat akan bersemangat menjalani hidup ini, sahabat akan menjadi manusia luar biasa yang tak pernah putus asa walaupun dalam keadaan susah, walaupun dalam keadaan terjepit. Entah karena ekonomi sulit atau permasalahan lainnya. Dan yang terpenting sahabat akan menjadi lebih dekat dengan Allah karena sahabat berprasangka baik terhadap-Nya.

Seperti sebuah kisah seorang tukang ojek yang mampu menyekolahkan anaknya sampai menjadi Sarjana. Ia membeberkan rahasinya, kenapa ia bisa seperti itu. Jawabannya,”Biasa aja mas, saya hanya ngojek tiap hari dan berapapun penghasilannya saya selalu besyukur karena masih dapat uang. Malam hari saya berdoa agar besok diberi rezeki, seperti itu setiap hari. Dan ketika saya memang sedang butuh uang, pasti tarikan banyak mas, tapi ketika kebutuhan biasa saja, ya tarikan ga rame juga, emang Allah maha tau.”

Semua telah ada yang mengatur, tak perlu lagi kesedihan menghiasi kegagalan kita, tak perlu lagi kebimbangan mewarnai langkah kita. Yang perlu kita lakukan adalah berusaha dan berdoa, gantikan galau negatif dengan galau positif. Jikalau dalam film 3 Idiot kata-kata “All Is Well” menjadi penenang seseorang dalam posisi sulitnya maka perasaan Galau Positif akan jadi penenang kita. Keep Positif thinking cause God Always Listening Always Understanding.


Eko Wardaya