Senin, 09 Januari 2012

Perlu Kedewasaan Dalam Bercanda


Telah menjadi lumrah dalam setiap hubungan pertemanan terdapat aktivitas bercanda yang menjurus ke saling ejek atau biasa kita kenal dengan istilah ceng-cengan. Dari remaja sampai mahasiswa telah terbiasa akan hal ini.

Memang ceng-cengan adalah kebiasaan buruk yang dalam tataran norma pun dianggap negatif, bahkan dalam agama pun itu dilarang. Namun kebiasaan negatif ini justru mempunyai efek positif dalam lingkup pertemanan dengan syarat dan ketentuan berlaku.

Efek positif yang didapat, pertama soliditas ikatan pertemanan. Pada lingkup geng-geng pertemanan, kita bisa melihat keakraban yang mendalam. Ditandai dengan adanya aktivitas ceng-cengan yang tidak menyebabkan permusuhan dan pertengkaran. Melainkan menjadi bahan lelucon dan membuat suasana yang asyik dalam lingkup tersebut.

Dan kedua sebagai penawar kepenatan. Setelah berbagai kesibukan mendera, maka nongkrong bareng adalah sesuatu yang dinanti. Pastinya dalam rangkaian nobar ini juga diumbui ceng-cengan agar suasana benar-benar menghilangkan kepenatan dan mendatangkan keceriaan batin.

Nah bagaimana agar kebiasaan ini tetap bermanfaat namun tak keluar dari range negatif versi norma dan agama? Serta tidak menyakiti orang lain tentunya. Ya, perlu ada kedewasaan dalam bercanda.

Maksudnya adalah sikap tak berlebihan dalam ceng-cengan dan dengan niat tak menyakiti orang yang menjadi objek tersebut. Karena apabila niat kita memang untk menyakiti orang yang menjadi objek ceng-cengan, efek positif pun tak akan diperoleh.

Orang yang menjadi objek akan merasa terhina dan terpantik untuk marah, akibatnya permusuhan yang didapat. Bukan soliditas ikatan pertemanan apalagi menghilangkan kepenatan.

 
Eko Wardaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar