Selasa, 31 Januari 2012

Saatnya Pemerintah Serius!

Dimuat di Okezone.com 1 Februari 2012 
http://kampus.okezone.com/read/2012/02/01/367/567355/saatnya-pemerintah-serius

Minuman keras (miras), apa pun namamu
Tak akan kureguk lagi
Dan tak akan kuminum lagi
Walau setetes (setetes)
Dan narkotika (tika), apa pun jenismu
Tak akan kukenal lagi
Dan tak akan kusentuh lagi
Walau secuil (secuil)

Gara-gara kamu orang bisa menjadi gila
Gara-gara kamu orang bisa putus sekolah
Gara-gara kamu orang bisa menjadi edan
Gara-gara kamu orang kehilangan masa depan

Mirasantika? (no way...)

Melalui lagu ini Rhoma Irama berpesan kepada seluruh rakyat Indonesia akan bahaya miras dan narkoba. Lagu yang dipopulerkan pada era 90-an akhir ini masih sangat relevan dengan kondisi Indonesia sekarang. Dimana masih banyak penikmat makanan dan minuman penuh racun ini. Tragedi berdarah Tugu Tani (22/1) membuka mata kita bagaimana mudahnya seorang Afriani dan rekan-rakannya mendapatkan barang haram tersebut.

Afriyani, si sopir Xenia pembunuh massal, agaknya sedang sial saat kejadian. Sembilan orang tertabrak saat ia tak sadar akibat pengaruh obat-obatan terlarang. Bahkan beberapa hari setelah kejadian pun ia masih belum normal. Terlihat tak ada rasa sesal bila kita lihat sosok raut wajah wanita alumni IKJ ini. Sepekan sebelumnya pilot maskapai penerbangan Lion Air tertangkap basah sedang berpesta narkoba bersama teman-temanya. Seketika habislah sudah karirnya sebagai pilot, seperti kata bang Rhoma, gara-gara kamu (narkoba) orang kehilangan masa depan.

Sebuah refleksi bagi pemerintah, sebesar apa usaha yang dilakukan dalam memberantas narkoba. Sampai-sampai bisa kecolongan untuk kesekian kalinya. Bahkan akhir-akhir ini insan intelektual negeri kita banyak menyangsikan usaha pemerintah. Salah satunya karena pencabutan perda miras yang dilakukan Mendagri beberapa waktu sebelum tragedi Xenia maut.

Terlepas dari persoalan pencabutan perda, pemerintah kini harus mulai kembali mengibarkan bendera perang terhadap narkoba. Melalui dua kasus di atas seharusnya pemerintah akan mendapatkan jalur menuju gembong narkoba yang ada dibalik peredaran barang haram tersebut ke tanah air. Tapi apakah cukup pemberantasan narkoba dilakukan berkaitan dan hanya melalui dua kasus di atas. Seperti penulis katakan di muka bahwa Afriani saat itu sedang sial, begitupun pilot Lion Air. Bagaiman para pemakai lain yang sedang beruntung.

Pemerintah melalui BNN yang memang bertugas dalam ranah pencegahan dan pemberantasan narkoba harus lebih serius. Mana jargon no drugs no alkohol yang dulu pernah beredar di kalangan pemuda. Seakan hilang digilas rumitnya persoalan politik tanah air. Apalagi aparat turut andil memback up transaksi barang haram itu, tak jarang pula aparat yang mencari penghasilan dari penjualan narkoba.

Naas, inilah bukti ketidakseriusan pemerintah dalam memberantas peredaran narkoba. Aparat yang seharunya berada di garis depan tapi sebaliknya. Percuma pendidikan moral diselenggarakan di sekolah-sekolah agar siswa menjauhi narkoba jikalau pemerintah sendiri terkesan lamban memburu dan memutus aktifitas gembong besar peredaran narkoba yang ada. Strategi pencegahan dan pemberantasan harus dijalankan serentak, tentunya dengan menggandeng juga elemen non pemerintah yang konsentrasi di bidang ini. Mari mulai serius, begitupun elemen masyarakat, jangan sampai tak bergerak hanya karena mengandalkan hadirnya perda miras.


Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar