Kamis, 22 Maret 2012

Jangan Termakan Pengalihan Isu

Pro kontra kenaikan BBM masih menjadi topik hangat pembicaraan dimanapun. Baik di kalangan intelektual maupun rakyat. Masih pula menjadi headline di media cetak, elektronik juga menjadi topik utama diskusi-diskusi publik nasional dan daerah.

Sesaat kita tanpa sadar mulai melupakan kasus-kasus korupsi yang mencuat pra terjadinya pro kontra kenaikan BBM. Inilah jurus jitu pengalihan isu penguasa manakala sudah terdesak, manakala sudah terlihat borok bobroknya penegakan di bidang hukum atau bidang lainnya.

Kepada seluruh masyarakat negeri, tetap buka mata kita unutk terus mengawal penegakan kasus-kasus korupsi macam wisma atlet dan century, jangan kita tersandera perdebatan tentang kenaikan BBM saja. Kita harus lebih cerdas menghadapi oknum penguasa yang licik.


Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor

Mahasiswa Akan Terus Bergerak

Lebih dari sepekan saya melihat banyak keluhan yang disampaikan rakyat melalui berbagai mimbar bebas, ya keluhan kepada penguasa yang berencana menaikkan harga BBM. Maka sudah sangat nyata bahwa aspirasi masyarakat mengisyaratkan keinginan untuk hidup lebih baik bukan malah memburuk seiring dengan naiknya harga kebutuhan pokok yang merupakan imbas dari kenaikan harga BBM.

Terimakasih saya ucapkan atas nama mahasiswa berkat dukungan dan apresiasinya kepada kami terkait usaha kami menolak kenaikan harga BBM. Walaupun dalam mana kami beraksi, pukulan polisi dan gigitan anjing sering menghantui, kami tak akan gentar. Mahasiswa sebagai agen of change dan social control sudah seahrusnya terus menyuarakan aspirasi rakyat.

Kami rela berkorban asalkan penguasa bisa sadar dan rakyat dapat hidup nyaman. Maaf bila aksi kami mengganggu kenyamanan di jalan, itu bukan tujuan kami, itu hanya pesan agar pemerintah mendengar dan membuka mata lebar-lebar. Mahasiswa akan dan harus terus bergerak demi rakyat.

Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor

Rakyat Bukan Boneka

Isu kenaikan BBM kian hari semakin mendapat perhatian dari seluruh elemen rakyat seantero negeri. Hampir setiap hari terjadi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM. Mahasiswa, masyarakat sampai anak sekolah.

Namun sangat disayangkan, alih-alih ingin memperjuangkan aspirasi rakyat. Banyak kelompok-kelompok kepentingan yang memakai massa rakyat yang sudah terorganisir sebelumnya.

Massa rakyat yang sudah memiliki agenda perjuangan kepentingan mereka sendiri macam Kelompok korban SUTET tiba-tiba menanggapi isu BBM juga. Isu kenaikan BBM silakan dijadikan momentum emas bagi para pesaing Presiden, tapi jangan peralat rakyat karena ketidaktahuannya.


Eko Wardaya
082123664650

Bergerak Bersama, Upaya Metamorphosis Gerakan

Dimuat di KAMMI.or.id Selasa 20 Maret 2012
http://kammi.or.id/?p=292


Adakah Kau lupa
Kita pernah berjaya
Adakah Kau lupa
Kita pernah berkuasa
(Alarm Me)

Penggalan lirik lagu diatas membawa kita untuk membuka kembali sejarah gilang gemilang Islam di masa lalu. Lebih tepatnya dapat dikatakan teguran untuk kita sehingga bukan hanya diminta untuk melihat kembali tapi mempelajari kemenangan demi kemenangan yang pernah terjadi, kekalahan-kekalahan yang pernah dirasa. Karena ada hikmah yang sangat bermanfaat dari kisah lampau para pendahulu umat ini.

Perubahan zaman seakan memangsa kesuksesan pejuang Islam hingga terlunta-lunta pada episode zaman hari ini. Sangat wajar apabila umat Muslim mendapat teguran keras akibat kealphaannya mencari hikmah masa lalu. Tak peduli kealphaan tersebut dampak dari rekayasa musuh-musuh Islam atau bukan, namun yang terjadi bisa kita lihat hari ini.
 
Sekilas Menuju 14 Tahun KAMMI dan Gelora Kebangkitan Islam

KAMMI sebagai organisasi mahasiswa Islam tak bisa dilepaskan dari rangkaian sejarah perubahan negeri ini kala reformasi bergulir. Pun juga tak bisa dielakkan dari bagian eksistensi perjuangan pemuda Muslim dalam upaya membangkitakan kembali keagungan peradaban Islam yang semakin memudar di era milenium ini.

Embrio gerakan yang tertanam sejak tahun 80-an akhirnya matang pada 29 Maret 1998 dengan nama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Sebuah organisasi yang tak disangka publik paling siap jaringannya dan paling kokoh memiliki bangunan massa. Siapa kira pemuda-pemuda yang beraktifitas di masjid ini memberi andil yang besar dalam menggulingkan rezim otoriter Soeharto.

Tak ada satu pun pengamat yang mampu memotret sebelumnya kemunculan dan pergerakan KAMMI. Adapun di detik-detik setelah kemunculannya, terdapat kecurigaan yang diendus awak media. Curiga dengan basis massa yang luas sehingga menyimpulkan KAMMI didomplengi oknum kepentingan politik saat itu. Hal yang tidak perlu ditanggapi terlalu berlebihan, karena memang publik belum mengetahui dibalik sejarah kelahiran KAMMI seperti di paparkan di muka.

Heroisme aksi-aksi KAMMI diawal kemunculannya tak berhenti sampai saat Soeharto turun jabatan, tapi terus bergulir mengemban misi abadi menegakkan peradaban Islam. Era reformasi yang diinterpretasikan banyak pihak sebagai zaman kebebasan menimbulakan asa, tantangan, dan ancaman bagi segenap rakyat Indonesia, tentunya KAMMI. Dahulu aktifis KAMMI perlu bersembunyi untuk melakukan pertemuan-pertemuan religius ataupun politik gerakan, kini semua telah berubah.

Perubahan konfigurasi poitik dan petumbuhan demokrasi tanah air mencapai klimaksnya saat terjadi amandemen Konstitusi 1945 hingga empat kali. Celah kebebasan yang ada membuat persemaian dakwah Islam kian lancar. Yusuf Qardhawi bahkan sempat berkata bahwa kebangkitan Islam akan bermula dari Indonesia seperti yang tertuang dalam Buku Geliat Kebangkitan Dakwah di Era Baru. Semua itu terlihat dari perkembangan drastis gerakan-gerakan dakwah Islam di Indonesia baik tradisional maupun transnasional, baik dalam bentuk ormas maupun partai.

Tak pelak KAMMI pun tertimpa dampak kebebasan tersebut. Perkembangan keorganisasian kian mantap dengan label ormas mahasiswa, pembenahan berbagai instrumen gerakan dan pertumbuhan kuantitas serta kualitas kader menunjukkan perkembangan gerakan dari masa ke masa hingga akhirnya KAMMI akan menginjak umur ke-14 pada 29 Maret 2012 nanti. Tak banyak yang akan diceritakan berkaitan sejarah perjalanan KAMMI dalam tulisan ini. Karena sudah banyak artefak-artefak sejarah yang menjelaskan secara gamblang haru biru dan duka lara kehidupan organisasi ini.

Prolog di atas dirasa cukup untuk menghantarkan seluruh kader KAMMI khusunya kader KAMMI se-Bogor untuk kembali membuka album kenangan KAMMI, salah satunya buku Gerakan Perlawanan Dari Masjid Kampus karya Andi Rahmat dan M Najib serta buku KAMMI dan Pergulatan Reforasi karya Mahfudz Sidiq. Kini akan bersama-sama kita merasuk ke dalam memori indah KAMMI Bogor ketika menjadi barisan terdepan penghujam panah keadilan di  Bogor.

Senandung “Tegar Beriman” KAMMI Bogor
Tegar Beriman sebagaimana kita ketahui bersama merupakan motto juang Kota dan Kabupaten Bogor. Di tanah sunda peninggalan Kerajaan Pajajaran ini aktifis-aktifis masjid segera merespon kelahiran KAMMI. Sesaat setelah Deklarasi Malang KAMMI Daerah Bogor yang saat itu disebut JARDA (Jaringan Daerah) Bogor terbentuk dan segera ambil bagian dalam pagelaran-pagelaran aksi bulan Mei 1998.

JARDA Bogor berada dalam koordinasi JARWIL (Jaringan Wilayah) IV Jawa Barat. Tapi dalam aksi-aksi penggulingan rezim, JARDA Bogor khusus dimobilisasi untuk memperkuat “pasukan” di Jakarta. Tidak hanya bergerak di Ibukota, JARDA Bogor pun pernah melakukan demonstrasi besar di lapangan IPB Baranang Siang.

Penegakan motto Tegar Beriman di Bogor semakin terorganisir setelah JARDA dihapuskan menjadi KAMMI Daerah pasca kesepakatan Muktamar 1 KAMMI di Bekasi 1-5 Oktober 1998. Pengokohan infrastruktur dalam perjalanannya mempunyai signifikansi utuh dalam upaya membumikan visi KAMMI di Bumi Pajajaran.

Periode pertama pimpinan saudara Ery Nugroho, KAMMI Daerah Bogor memiliki basis kampus di Akademi Kimia Aanalisis, Institut Pertanian Bogor, Univeritas Ibnu Khaldun, Universitas Djuanda, Universitas Pakuan, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi, dan Sekolah Tinggi Agama Islam Laa Roibaa, bahkan di IPB bentuknya adalah Komisariat-Komisariat Fakultas. Ada pula basis kerjasama ekstraorganisasi bersama HMI DIPO, PII, HAMAS, DPM UIKA, PPM ULIL ALBAB, PP Al Azhar, Lembaga El Rahma, BKIM IPB, PP Darut Taqwa Cibinong, PP Putri Tarbiyatunnisa, Liga Muslim Indonesia.

Hubungan aktif bersama elemen lain membuahkan hasil positif ketika dilakukannya aksi gabungan untuk mengadvokasi keresahan masyarakat RW 02 dan 03 Tanah Sareal akibat adanya rencana pembangunan komplek kegiatan oleh Lembaga Alkitab di Jalan Ahmad Yani. (Harian Republika 16 September 2000).

Tak kalah prestatif, bahkan KAMDA Bogor periode kedua dibawah pimpinan saudara Yuli Widi Astono merumuskan Renstra 2006 pada awal kepengurusan. Renstra 2006 adalah upaya KAMDA Bogor menciptakan masa depan gerakan untuk beraktualisasi lebih baik dan luas di masyarakat. Implikasi dari Renstra 2006 termanifestasikan dalam gerakan KAMDA saat itu, salah satunya mampu mengukir nama KAMMI sebagai nama jalan sepanjang 2 km (Jl HS KAMMI) yang mana merupakan hasil aksi advokasi KAMDA Bogor bersama warga kampung Malangbong ke DPRD Kabupaten Bogor  untuk menuntut keadilan pemerataan jalan.

Luar biasa memang, KAMMI yang masih berusia balita telah banyak mengukir prestasi dan mampu menjadi opinion leader . Bayi yang baru lahir, tangisannya memang menjadi perhatian orang disekitarnya. Tak cukup goresan pena singkat ini untuk menggambarkan keseluruhan benang sutra peradaban yang di rajut KAMMI Bogor. Agaknya beberapa poin di atas kembali menstimulus kita dengan pertanyaan-pertanyaan, introspeksi ataupun proyeksi.

Melanjutkan Bukan Memulai dari “nol”

Mubazirnya sebuah konsep gerakan dikarenakan adanya tradisi buruk sebuah generasi untuk selalu ingin memulai dan menafikkan mata rantai sejarah. Inilah salah satu faktor munculnya konflik antar generasi disamping berbagai penafsiran buruk atas para pendahulunya. Tak usah kaget apabila problematika gerakan terus berulang bahkan menyita waktu sehingga melalaikan sebuah visi besar peradaban.

Bagaimana mungkin kita lupa dengan fakta sejarah KAMMI Bogor karena kita pun memang tidak tahu menahu akan kondisi itu. Tapi kita lupa untuk menggalinya, kita lupa bahwa perjalanan suatu bangsa bak roda berputar. Kita lupa bahwa kita adalah pewaris generasi sebelumnya yang sedang membawa tongkat estafet mengitari arena perlombaan. Perlombaan kebaikan untuk kemenangan perjuangan Islam.

Pekerjaan sangat berat apabila kita mulai dari “nol”, sebaliknya pekerjaan akan terasa lebih mudah apabila telah ada yang memulainya. Dibalik tantangan bahwa mempertahankan lebih sulit dibanding merebut, keteraturan gerakan akan menemukan formulasi sesuai yang diinginkan zaman dengan mengikuti nasihat SBY, lanjutkan.

Solid dan Sinergis, Langkah Awal Upaya Metamorphosis Gerakan
Di zaman era informasi ini KAMMI pun perlu merumuskan stratak gerakan sesuai kondisi zaman. Wacana perubahan gerakan mobilisasi massa ke gerakan intelektual mengemuka di jagad pergerakan saat ini. Relevan atau tidak sebuah aksi massa terus diperbincangkan hingga diperdebatkan. Tak sadar waktu habis hanya untuk berdebat tanpa karya nyata di lapangan perjuangan.

Metamorphosis gerakan memang mutlak di wujudkan seiring bertambahnya usia KAMMI. Itupun jika KAMMI tidak ingin seperti gerakan mahasiswa lain yang terlihat punah. Mungkin karena umurnya yang sudah tua, padahal semakin dewasa umur gerakan harusnya menjadikan gerakan tersebut kian matang. Realitanya banyak gerakan mahasiswa tua renta yang amnesia. Amnesia gerakan ini mencerabut ruh-ruh kelahirannya, untuk apa dilahirkan, dan mau kemana mereka berjalan.

Konsepsi seperti apapun yang kemudian akan dihasilkan dalam wacana dialektika kader, tetap saja tak bisa dilakukan oleh seorang nahkoda kapal. Sehingga KAMMI Bogor pun memulai semua itu dengan Solid dan Sinergis . Inilah kunci pembuka untuk melanjutkan gerakan tempo dulu ala KAMMI Bogor. Biasa disebut dalam Trias “S” yang sering disampaikan saudara Maulana, Ketua Umum PD KAMMI Bogor kali ini. Sebuah langkah mungkin sepele bagi sebagian khalayak, tapi seringkali terlalaikan.   

Untuk tujuan mulia itulah perlu dimulai reformasi dalam tubuh gerakan sebelum berlanjut pada tahap metamorphosis gerakan. Setidaknya ada dua dimensi inheren yang perlu direformasi segenap struktural KAMMI se-Bogor (Daerah maupun Komisariat) ataupun se-Indonesia, yaitu dimensi internal dan eksternal. Pertama, dimensi internal mencakup  soliditas kader dan sinegi ruang waktu. Soliditas kader akan dicapai manakala ada saling kepercayaan di antara manusia dalam satu organisasi, dan kepercayaan akan hadir disaat keterbukaan masing-masing inividu sudah tertanam yang merupakan bentuk kebutuhan jatidirinya sebagai makhluk sosial. Adapun maksud daripada sinergi ruang waktu adalah upaya mengobati amnesia gerakan, melanjutkan bukan memulai dari “nol”.

Kedua, dimensi eksternal, hubungan dengan elemen masyarakat, gerakan lain, pers dan penguasa. Implementasi misi KAMMI sebagai perekat komponen bangsa perlu terus ditajamkan karena eksklusifisme gerakan ideologis masih kentara hingga hari ini. Tak ada gerakan yang memulai bukan karena mereka enggan bekerjasama, tapi tak ada Leader di Bogor. KAMMI Bogor harus menjadi Leader yang dinanti dengan masuk ke seluruh jaringan masyarakat dan gerakan lain. Gerakan alit tak berarti membutuhkan dana yang besar macam mendirikan desa binaan saja, tapi lebih dari itu adalah hubungan intensif-bermanfaat.

Hubungan ini pun berlaku pada Pers yang merupakan teman “lama” KAMMI Bogor, kehadirannya melaporkan informasi ke publik akan ikut mendongkrak bargaining power gerakan ini. Saatnya merangkul kembali teman “lama” kita dan mengobati kekecewaannya dengan feed-back hadiah berita aksi-aksi kebaikan KAMMI. Pertemanan bukan karena kepentingan pribadi namun untuk rakyat. Pers bukan sebatas teman tapi sahabat.

Terakhir, pemerintah (bersama tangan-tangan keamanan: Polisi, Satpol PP, Korem, dll) bukanlah musuh abadi KAMMI. Musuh abadi KAMMI adalah kebatilan, sehingga seyogyanya KAMMI Bogor merapat menjadi ekstra-mitra-kritis pemerintah. Selama ini nampaknya gerakan ballancing power kerap kali dilakukan namun realitanya suara KAMMI Bogor tak bergaung. Sejatinya seorang mitra kerja perlu kontinuitas mengawasi pekerjaan satu sama lain.


Menyongsong milad KAMMI dan metamorphosis gerakan, mari bergerak bersama. Selamat milad KAMMI ke-14 bagi segenap kader KAMMI se-Bogor dan se-Indonesia.


Eko Wardaya
Wakil Ketua PD KAMMI Bogor

Senin, 19 Maret 2012

Cermin Senja

Dimuat di Dakwatuna.com 
http://www.dakwatuna.com/2012/03/19234/cermin-senja/

Ada orang bicara besar
Tapi kaki melangkah kecil

Ada orang bernyali besar
Tapi tak ada podium kebanggaan

Ada orang bernada lantang
Tapi tak pernah menjamah kemenangan

Dan ada wajah berseri mekar
Tapi miskin hati buta mata

Impian bercampur khayal
Entah imaji atau lamunan

Cita kian menjadi angan
Tak ada capaian

Seperti hanya cinta
Cinta dunia senang semesta

Itukah kita hidup pada hari ini
Esok dan seterusnya?




Eko Wardaya

Minggu, 11 Maret 2012

Dara Berjuang

Disampaikan pada Latihan Dasar Kepemimpinan Senat Mahasiswa Akbid Pelita Ilmu Depok

Bersama, bersua
Tak hanya jiwa
Tapi hati turut serta

Canda tawa
Sunyi senyap
Kadang kantuk dirasa

Dalam dekapan tangan Tuhan
Wanita muda bangsa
Belajar, belajar, belajar

Tuk satu punya mimpi
Nusantara negeri nurani
Buah karya muda mudi

Tuk suara keadilan
Bidadari pasti bisa
Berdikari untuk negeri

Selamat Hari Perempuan

Depok, 9 Maret 2012


Eko Wardaya

Rabu, 07 Maret 2012

Jangan Asal Beri Bantuan

Dimuat di Harian Radar Bogor Senin 5 Maret 2012

Bencana longsor yang menimpa kampung Padasuka Kecamatan Bogor Tengah memang sangat membutuhkan uluran tangan segenap masyarakat Kota Bogor bahkan Indonesia, baik materil maupun imateril. Hal tersebut bukan berarti tidak ada kebutuhan prioritas yang mendesak diperlukan oleh korban bencana. Semua ini dapat kita lihat langsung dari kondisi korban di tempat pengungsian.

Bagi Pemerintah, Aktivis, atau siapa pun yang berniat memberikan bantuan bagi korban, sungguh bijak kiranya bisa menanyakan langsung ke lokasi, apa sebenarnya yang mereka butuhkan. Agar bantuan yang diberikan tepat guna dan tepat sasaran. Ada beberapa bantuan yang ditahan karena khawatir overload, seperti kata Pak RW setempat. Jadi menghindarkan kemubaziran. Susu bayi, pakaian anak kecil, dan alas tidur saat ini lebih dibutuhkan. Dikarenakan makanan dan tenaga fisik relawan sudah banyak.


Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor



Senin, 05 Maret 2012

Bogor Kota (Tak) Beriman?

Jargon Bogor Kota Beriman luluh lantah saat ditemukannya kondom berserakan di area  underpass Kebun Raya Bogor. Hal ini menandakkan tak adanya itikad Pemerintah Bogor menjadikan Bogor benar-benar Kota Beriman. Sudah bisa kita tebak apa yang terjadi di underpass KRB dengan ditemukannya barang jijik seperti itu. Tentunya perilaku menjijikkan pun sering berlangsung disana.

Moral masyarakat Bogor kian terkikis terlebih ditambah merebaknya kembali THM “nakal” dan aktivitas didalamnya. Pun juga virus amoral ini melanda para remaja ingusan yang masih duduk di bangku sekolah. Mereka yang masih berseragam banyak kedapatan membawa alat kontrasepsi di tas atau saku celana mereka. Ini bukti nyata kalau memang Kota Bogor tak pantas menyandang gelar Kota Beriman.

Dalam kondisi seperti ini pemerintah perlu sigap, strategi struktural dan kultural harunya secara masif segera dilaksanakan. Tapi entah mengapa yang terjadi sebaliknya, jadi sangat mengkhawatirkan, jangan-jangan para pejabatnya secara tak sadar juga sudah terus melemah imannya atau bahkan sudah lagi tak beriman? Semoga tidak. Jika memang tidak buktikanlah dengan tindakan nyata.

Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor

Sejarah Bogor Itu Penting

Bogor sebagai daerah yang dekat dengan Ibukota sangatlah strategis sebagai tempat singgah para perantau. Padatnya kota Jakarta tak jarang membuat banyak orang memilih bertempat tinggal di Kota Beriman ini, walaupun mereka bekerja di Ibukota. Tak ayal, beragam suku banyak terlihat disini, dari mulai Jawa, Batak, Padang, dan banyak lagi.

Kemajuan zaman di bidang teknologi dan informasi membuat Bogor pun berubah, sedikit demi sedikit kebudayaan mulai terdistorsi, apalagi ditambah faktor banyaknya penghuni rantau disini. Bukan bermaksud menyalahkan warga pribumi ataupun warga rantau, namun realita fakta ini erat kaitannya denagn perubahan zaman.

Mungkin berbeda apa yang terjadi di lingkar kota Bogor dan yang terjadi di pedesaan, namun agaknya tetap terlihat bahwa zaman telah mengikis keunikan budaya Bogor. Jika pada tahun 90an sampai 2000an dahulu anak-anak (termasuk saya) masih bermain gatrik, engkle, dan permainan tradisional Bogor lainnya, kini kita sudah kehilangan itu semua.

Maka, rencana akan pembuatan Buku Sejarah Bogor sangat perlu diapresiasi dalam bentuk dukungan pemerintah dan masyarakat Bogor. Sebagai artefak yang kemudian hari akan mengingatkan kita tentang akar kehidupan yang ada disini. Terlebih bagi generasi muda Bogor. Sebagaimana kita ketahui, dari sejarahlah kita akan membangun masa depan yang lebih baik. Harapan besar agar jati diri masyarakat Bogor tidak akan tercerabut hilang di makan zaman harus dimunculkan kembali.

Akan lebih baik lagi jikalau sejarah Bogor dimasukkan sebagai mata pelajaran muatan lokal dalam  kurikulum pendidikan di Sekolah. Kecintaan dan kebanggan akan Bogor akan tumbuh saat masyaraktnya mengetahui perihal kegemilangan Bogor di masa lalu. Spirit membangun Bogor pun tertular tak hanya di kalangan warga pribumi, namun juga perantau. Jangan sekali-sekali engkau melupakan sejarah, begitu kata Bung Karno.

Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor


Tindak Tegas THM “Nakal”

Masih teringat bagi warga Bogor akan hebohnya THM “nakal” dan “liar” yang dipermaslahkan berbagai ormas Islam sebelum Ramadhan tahun lalu. THM yang melanggar jam operasioanl sampai melanggar perizinan terungkap satu per satu. Aksi demonstrasi hampir tiap pekan karena THM tersebut meresahkan warga Kota bogor terlebih akan menyambut Bulan Ramadhan. Sehingga pada akhirnya mendapat respon anggota Dewan dan pemkot Bogor.

Upaya penertiban yang dipercayakan sepenuhnya kepada jajaran pemkot yang bertanggungjawab agaknya hanya sesaat saja. Kini ketika Ramadhan telah berlalu dan tahun telah berganti kita kembali diperlihatkan munculnya para THM ‘nakal” itu. Faktanya  Rabu (22/2) seperti apa yang diberitakan oleh Radar Bogor membuat warga terkaget-kaget. Dalam razia gabungan tersebut didapat THM “nakal” yang menyalahi jam operasi dan perizinan.

Apa pasal yang menyebabkan  masalah ini terulang kembali? Perlu kita mengurai lebih dalam terkait masalah ini. Bukan tidak mungkin oknum pemerintahan pun banyak yang “nakal” dimana merekalah dalang dibalik bertahannya THM “nakal” yang ada. Jika memang tidak ada harusnya jajaran yang bertanggungjawab bisa tegas menindak dan menertibkan THM “nakal”. Jangan hanya memberi peringatan atas hal yang terlihat nyata saja. Pemkot harus intensif melakukan pemantauan, sudah saatnya THM “nakal” ditindak lebih tegas agar pengusaha THM “nakal” mendapat efek jera, serta temukan oknum “nakal” yang bermain dibelakang mereka.

Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor


Jumat, 02 Maret 2012

Nestapa Dunia

Dimuat di Dakwatuna.com Kamis 1 Maret 2012 
http://www.dakwatuna.com/2012/03/18357/nestapa-dunia/

Pernah kala matahari menyala terang aku berdiri
Menggandeng tangan seorang wanita berkerudung nan cantik
Keringat mengucur tanda teriknya hari
Ku dapatkan usapan lembut tisu di dahiku darinya

Berdua berjalan di sebuah pusat kebudayaan-sebagaimana dahulu dikenal
Bagai berjalan di gurun Sahara
Memasuki jalan-jalan becek mencari tujuan
Tapi ku terheran-heran

Selalu ingin bertanya namun ku ragu
Karena melihat Ibu letih tertatih
Tak bicara hanya melangkah
Kadang berhenti di sebuah tempat lalu berjalan lagi

Tak kunjung bertemu apa yang kucari
Padahal Ibu telah bertemu apa yang dinanti
Dimana? Tak terlihat itu
Yang ada hanya mobil, motor, berantakan menyesaki

Katanya pusat kebudayaan yang kubaca dari buku
Katanya akan kutemukan beragam ilmu yang ku lihat dalam majalah
Musnah, hilang, tak berbekas
Kini bukan itu yang kulihat

Aku hanya melihat sebuah tempat
Ketika orang disana asik bertukar uang dan berjualan
Ketika mobil dan motor berhenti
Di sepanjang jalan

Pasar bukan seperti ini kataku
Mungkin kutemukan nanti kala rakyat tak hanya mengejar materi
Kala Pak Menteri pun belanja disini
Kapankah itu?

Mesti diwujudkan kelak
Entah oleh tanganku atau tangan siapapun itu
Ibu hanya tersenyum melihatku
Seakan ia mendukungku dan merasakan perasaanku

Tak berhenti terik matahari
Berbalikku dari gurun ini ke rumah
Naik becak bersama lebih terasa
Dibanding mobil mewah


Eko Wardaya

Kotaku Tak Lagi Beriman

Dimuat di Dakwatuna.com Selasa 28 Februari 2012
http://www.dakwatuna.com/2012/02/18275/kotaku-tak-lagi-beriman/

Sepanjang jalan tak kudapatkan kesegaran
Tak jua kudapatkan eksotisme alam
Mungkin ada, namun tak menakjubkan mata

Jalan-jalan menjebak banyak manusia
Semua sesak tertawan dan merelakan langkah berikutnya
Diam dan hanya menunggu

Decak kaki berbunyi ketika hujan
Jejak sepatu kotor menghiasi taman-taman perbelanjaan
Kakiku sering terkena kutu air kala hujan menyerang

Semua membuat diri menjadi malas
Segan meninggalkan surga keluarga
Lebih baik tinggal tak bergerak

Apakah dahulu hanya fatamorgana
Ketika ku masih kecil dan dipapah orang tua

Dimana kotaku   
Yang dahulu bersih indah dan nyaman

Dimana pemimpinku
Yang dahulu semangat membangun kota

Tak banyak yang kulihat kini
Tak juga ku mau banyak melihat dunia
dengan berkeliling kota

Sedikit saja ku pergi
Kecewaku ku beriring rindu

Rindu Kota Bogor
Bogor beriman
Bersih, Indah, Nyaman

Ingin pemimpin beriman
Agar kotaku kembali Beriman

Walau masih banyak misteri kota yang belum kulihat
Namun yakinku akan pandangan pertama

Kotaku tak lagi beriman...




Eko Wardaya

PT KAI Harus Bekerja Cermat

Dimuat di Harian Lampung Post Selasa 28 Februari 2012 

Kereta Api sebagai transportasi publik yang paling merakyat, memang mau tidak mau akan terus mengalami kepadatan jumlah pengguna. Sejalan dengan jumlah kepadatan warga Jabodetabek dan jumlah angka kemiskinan. Namun kian waktu dengan terus dilakukannya pembaharuan sistem dan pelayanan nampaknya kereta api masih menyisakkan banyak keluhan di kalangan pernggunanya, hingga bermunculan komunitas-komunitas sosial sebagai wujud controlling terhadap kebijakan pemerintah terkait transportasi rakyat yang satu ini. Kita mengenal nama KRL Mania, mungkin juga ada komunitas lainnya.

Ada beberapa kalangan yang menggunakan kereta api sebagai sarana transportasi namun ada juga kalangan yang menggunakannya sebagai lahan mencari penghasilan. Secara bijak PT KAI sebagai penanggungjawab operaional perlu mencermati keadaan ini. Ssistem dan kebijakan teranyar yang diharapkan mampu mengurangi tingkat kepadatan di kereta api dirasa masih jauh dari ideal. Banyak faktor yang menjadi kendala terwujudnya harapan tersebut.Bukti empirik dapat langsung kita temui apabila kita beberapa kali menggunakan pelayanan kereta api.

Waktu molor dan gangguan kerapkali menghambat laju perjalanan, apalagi jika hanya digunakan satu rel. Tak adanya pembatasan penumpang dalam satu gerbong membuat gerbong perempuan sering dirampas pula. Itu hanya sekelumit ketidaknyamanan yang terjadi di kereta api. Lantas bagaimana dengan kehidupan mereka yang menjadikan kerta api sebagai lahan bekerja? Kebijakan kedepan yang akan menghilangkan anjal, pengamen , dan pedagang dari gerbong harus dicarikan solusi  bagi mereka. Jangan sampai membuat kenyaman pengguna kereta api dengan tidak sadar membunuh kalangan pengguna lainnya (baca: pedagang, pengamen, dan anjal).

Bebagai kerumitan dan kompleksitas masalah di kereta api perlu ditangani lebih ekstra dan cermat oleh PT KAI. Pemberlakukan inovasi melalui kebijakan pun mesti diterapkan perlahan-lahan dengan melihat dampak sistemik yang muncul. Berbicara kereta api, maka kita akan berbicara lebih banyak terkait kelangsungan hidup orang banyak. Apalagi jika diuraikan lebih mendalam. Simpel saja, mengapa orang lebih memilih kerta api di banding bus atau angkot untuk berangkat ke tempat kerja? Padahal di kereta api kita harus berjuang bahkan bukan tidak mungkin keletihan lebih terjadi ketika di dalam kerta api dibanding di tempat kerja mereka.

Satu kata, ekonomi, keadaan ekonomi berimbas pada kelangsungan hajat hidup seseorang. Sehingga seseorang mencari jalan dalam upaya menjangkau kebutuhan hidupnya. Kereta apilah piihan masyarakat menegah ke bawah sebagai transportasinya dalam upaya mereka menjangkau kebutuhan hidupnya. Dengan demikian Pemerintah melalui Kementerian yang bertanggungjawab dan PT KAI sebagai garda terdepan harus sadar bahwa persoalan yang dihadapi bukan sebatas memperbaiki pelayanan publik namun juga memanusiakan manusia, memberikan jalan bagi masyarakat menjangkau kebutuhan hidupnya dengan lebih tenang dan nyaman, bukan menambah kesulitan yang menyebabkan keputusasaan.

Solusi riil dari permasalahan yang ada setidaknya, perlu adanya penambahan armada, pembenahan masalah-maslah teknis seperti molornya jadwal dan sistem eror, adanya pembatasan penumpang dalam gerbong, sterilisasi gerbong perempuan dari laki-laki, terdapatnya petugas keamanan di setiap gerbong, serta alternatif lahan kerja di stasiun bagi pedagang asongan kereta api. Sebenarnya masih banyak solusi yang harus dimunculkan dalam upaya pembenahan dan pemecahan masalah yang ada. Semua kembali kepada kesadaran bahwa masalah di kereta api bukan hanya masalah pelayanan publik semata namun berimbas besar pula nantinya.

 
Eko Wardaya
Wakil Ketua KAMMI Bogor