Senin, 16 Januari 2012

Dukung Produk Dalam Negeri 100% atau Mati

Dimuat di Harian Lampung Post Senin 16 Januari 2012
http://lampungpost.com/surat-pembaca/21856-fenomena-duafa-enterprise.html
dan Harian Suara Karya Senin 6 Februari 2012 
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=296653

Hawa segar kebangkitan produk dalam negeri menyeruak di seantero tanah air beberapa pekan terakhir. Adalah mobil Kiat Esemka pembuka asa disaat karut marutnya kondisi politik dan hukum di Indonesia. Perhatian publik pun berpaling ke arah karya anak SMK di Solo tersebut sampai hari ini. Terbukti dari banyaknya pengakses situs mobil Kiat Esemka dan jumlah order mobil tersebut yang diklaim mencapai ribuan pemesan terhitung sejak diluncurkan.

Jokowi (Joko Widodo) sebagai Walikota Solo yang membranding mobil Kiat Esemeka adalah aktor dari mencuatnya pemberitaan di media. Dukungan riil yang dilakukan dengan membeli mobil tersebut membuat pejabat di daerah latah untuk  memakai mobil Kiat Esemka.

Terlepas dari isu politisasi mobil Kiat Esemka sebagai branding pejabat, terdapat dampak lain yang muncul. Daerah-daerah gencar memamerkan produk-produk siswa SMK mereka. Tak hanya produk otomotif, di bidang pariwisata dan usaha pun ada bahkan tanpa diketahui publik sudah ada yang dipasarkan. Pertanyaannya kenapa baru muncul sekarang?

Tak dapat dipungkiri minimnya dukungan pemerintah menjadi batu sandungan meroketnya produk-produk dalam negeri yang ada. Mulai dari perizinan sampai dukungan investasi atau paling tidak berupa apresiasi adalah nol besar. Sehingga masyarakat semakin nyaman dengan produk asing yang ada. Boleh jadi karena ketidaktahuan atau ragu akan kualitas produk tanah air. Berbeda dengan masyarakat Jepang yang mencintai produk dalam negeri mereka sejelek apapun kualitas produk tersebut.

Belajar dari kemunculan heroik mobil kiat Esemka dan apresiasi masyarakat Jepang terhadap produk dalam negeri, setidaknya ada beberapa hal yang harus dieksekusi pemerintah.

Pertama, pemerintah harus memberi investasi terhadap penelitian dan pengembangan karya anak bangsa karena budaya Imiah inilah yang harus digalakkan demi mencapai kualitas mumpuni untuk bersaing di pasar nasional dengan produk asing.
Kedua, pemerintah harus mempermudah akses perizinan untuk peluncuran, produksi massa, dan pemasaran karya anak bangsa. Perizinan merupakan hambatan yang disuarakan oleh para kreator produk tersebut.

Dan ketiga, pemerintah membranding produk anak bangsa dengan regulasi pemakaian di lingkungan pemerintahan. Hal ini akan menjadi sosialisasi bagi masyarakat dengan teladan para pejabat yang memakainya. Dukungan 100% mutlak dilakukan pemerintah diiringi konsistensi dan kontinuitas lintas rezim bila tidak ingin kegagalan mobil Timor terulang kembali.


Eko Wardaya
Wakil Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar