Minggu, 20 Mei 2012

Mari (Mulai) Menulis Lagi

Dimuat di Annida Online Selasa 22 Mei 2012
http://www.annida-online.com/artikel-5527-mari-mulai-menulis-lagi.html

“Alasan merupakan penyakit kronis dari setiap orang negatif. Setiap langkahnya dalam mengerjakan sesuatu biasanya telah di-back up dengan berbagai alasan-alasan yang tersusun rapi, seolah-olah telah dipikirkan terlebih dahulu sebelum ia memulai pekerjaan. Penyakit ini sungguh berbahaya bagi kehidupan kita, ia bukan saja menyerang sendi-sendi pemikiran kita, tetapi ia juga akan masuk merangsek ke hati kita. Pada stadium lanjut, ia akan menjadi kebiasaan yang begitu dominan dalam hidup kita”. (Super Muslim-Imam Munadi)  

Dalam tulisan sebelumnya “Mari Mulai Menulis”, penulis mengajak anda sekalian untuk bergegas mengambil pena dan menciptakan sebuah lompatan dalam hidup anda, yaitu dengan menulis. Kini dihadapan anda, penulis hadir kembali dengan sajian “Mari (Mulai) Menulis Lagi” sebagai lanjutan atas karya lalu. Tidak hanya untuk anda yang baru mulai menulis, tapi untuk anda yang sedang vakum dari dunia kepenulisan.

Seperti tertera dalam paragraf awal di atas tentang definisi alasan yang merupakan musuh-musuh kesuksesan, para penulis pun akan menghadapi tantangan dalam mana ia akan membuat sebuah tulisan. Tak hanya bagi pemula, pun juga bagi penulis profesional. Hanya saja para penulis profesional kadang kala sudah mempunyai obat untuk mengaktifasi kembali semangatnya.

Alasan yang dalam stadium lanjut menjadi sebuah kebiasaan akan membuat mati suri penulis pemula bahkan “bendera putih”. Biasanya alasan klasik yang terlontar dari para penulis adalah no inpiration. Untuk tingkat lanjutan selalu ada alasan lain yang dilontarkan, tak ada sarana, sibuk, dan banyak lagi. Sehingga masuklah musuh kesuksesan yang kedua dalam hidupnya, yaitu kemalasan.

Seseorang yang sedang mengikuti perlombaan marathon merasa lelah, dan berhenti sejenak. Setelah itu lari dan berhenti lagi, ia tak sadar bahwa ia telah terlena dan menjadi kebiasaan. Tak ada kemenagan yang ada adalah kekalahan telak.

Padahal bila kita berkaca pada para penulis tempo dulu, rasa-rasanya kita akan dibuat malu. Tengoklah kembali biografi mereka, apakah pada massa itu ada laptop, apakah massa itu mereka tidak sibuk. Justru kesempitan seringkali membuat manusia terpancing untuk bangkit. Lalu bagaimana membalik keadaan bagi anda yang sedang vakum menulis atau bagi anda yang ingin mengantisipasi “jurang dalam” bagi penulis.

Pertama, buatlah mimpi besar
Bagaimanapun juga seperti yang telah penulis sampaiakan pada tulisan lalu, menulis bukanlah sekedar hobi. Tapi bagian dari diri kita, mempunyai manfaat yang besar untuk diri sendiri maupun orang lain. Menurut hemat penulis bahwa seseorang tanpa mimpi bagai orang yang berjalan tak tahu alamat yang akan dituju. Tidak ada yang bisa memberitahu harus kemana ia pergi karena orang-orang di jalan pun tak mengenalnya.

Ilustrasi di atas pun berlaku bagi orang-orang yang sudah mulai menulis. Kekeringan ide sekali saja akan membuatnya berhenti, tak ada motivasi untuk segera memulai kembali aktivitas menulisnya. Kenapa, tentu karena ia belum mempunyai mimpi. Karena hanya mimpi yang akan menjadi jam beker internal dalam diri kita. Mimpi adalah energi bertegangan tinggi yang membuat kita tersengat untuk menggapainya.

Buatlah mimpi dalam dunia kepenulisan anda saat ini juga. Tak ada kata terlambat untuk sesuatu yang baik. Bila anda selama ini adalah penulis diari yang rajin, minimal tentukan mimpi bahwa diari itu akan berguna bagi anda di masa depan dan bagi anak-anak anda kelak. Tak hanya itu, bermimpilah untuk memeluk bulan sekalipun (Oki Setiana Dewi). Jangan ragu untuk menetapkan sebuah kebahagiaan bagi diri anda sendiri. Penulis novel best seller, bedah buku karya sendiri, tulisan termuat di media cetak, menjuarai even nasional lomba menulis, mendapat honor dan lain-lain.

Tatkala tujuan telah ada, kini tiba saatnya anda berlari menjemputnya. Jangan lupa untuk memberitahu mimpi anda pada sahabat atau seseorang yang anda percaya. Untuk menjadi jam beker eksternal yang akan selalu mengingatkan anda dalam melangkah. Disinilah urgensi memiliki kelmpok mastermind, seperti Arai (dalam novel Sang Pemimpi) yang mempunyai Ikal dan sebaliknya. Orang-oarang yang anda percaya akan mengingatkan anda sewaktu-waktu anda tak tahu alamat yang dituju. Ini akan membantu anda konsisten dalam perjalanan meraih mimpi besar yang telah anda buat sendiri. Karena konsistensi adalah jalan perubahan.

Kedua, merefresh otak untuk sebuah ide
Mood itu diciptakan bukan dicari, andalah aktor perubahan diri anda. Untuk bangkit dari kevakuman menulis ataupun menghindarinya selain anda memerlukan motivasi berupa mimpi, anda pun perlu merefresh otak secara rutin agar dapat menangkap ide-ide genial yang akan dituangkan dalam tulisan. Beberapa tips yang bisa anda lakukan diantaranya, membaca, browsing, silaturahmi, jalan-jalan, dan bermusik.

Membaca
Membaca merupakan nutrisi mujarab bagi otak anda. Tanpa membaca kosakata anda tak akan bertambah dan wawasan sempit sehingga tulisan anda tak berkembang. Belajarlah membaca efektif. Ketika anda tak menemukan kesimpulan apapun dari buku yang anda baca berarti anda tidak membaca efektif. Sia-sia waktu yang anda habiskan untuk melahap buku itu. Mulailah membaca efektif dengan mencatat gagasan-gagasan yang terkandung dalam tulisan tersebut. Bisa dengan membuat resensi atau resume.

Browsing
Era teknologi informasi mesti kita amini sebagai akses kemudahan kita berkomunikasi dan mencari informasi. Popularitas sosial media sebagai ajang pertemanan bisa anda manfaatkan untuk menemukan ide yang fresh. Hampir tiap detik orang di dunia ini membuat status via sosial media. Ada yang curhat, informasi berita, tausyiah dan lain-lain. Jangan melihat sebelah mata pada hal-hal demikian, tergantung anda, bagaimana memaknai setiap status yang bertebaran. Status curhat pun akan menjadi inspirasi bila anda dapat mendapat maknanya.

Silaturahmi
Ternyata silaturahmi tidak hanya membawa rezeki. Anda dapat menemukan ide dari pertemuan tersebut. Caranya mulai biasakan silaturahmi dengan mendiskusikan hal-hal yang menarik, tidak ngobrol ngalor-ngidul tak tentu arah. Diskusi ringan dalam silaturahmi membangun keluwesan berfikir anda dan mendapat cara pandang baru terhadap suatu masalah versi orang yang dikunjungi. Masukanlah agenda silaturahmi ke dalam jadwal mingguan anda. Tak harus silaturahmi tokoh karena selalu ada makna dari apa yang dibicarakan penjahat dan orang miskin sekalipun.

Ke luar rumah
Alam yang telah diciptakan-Nya sudah barang tentu menyimpan harta yang besar bagi umat manusia. Lihat Sumber Daya Alam yang ditemukan orang-orang terdahulu, yang kini berguna bagi kehidupan manusia. Anda pun dapat menemukan sesuatu yang besar di alam ini. Selain itu fenomena sosial kemanusiaan yang ada masih banyak yang belum anda ketahui.

Keluar rumah sekarang juga, pergi ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi disekitar anda. Tak perlu jauh-jauh ke pegunugan atau ke pantai. Jika dekat rumah anda ada sungai, pergilah ke pinggir sungai. Jika dekat rumah anda ada pasar, pergilah ke pasar. Temukan harta karun yang terdapat disana. Bukan melamun disana tapi amati kejadian demi kejadian.

Bermusik
Mungkin sebagian anda senang mendengarkan musik tapi tidak bisa bermain alat musik. Namun penulis yakin ada pula anda yang gemar dan bisa keduanya. Kini cobalah anda tak hanya jadi pendengar musik tapi kuasailah salah satu alat musik, apapun itu. Memang ketika anda menjadi pendengar pun, ide sudah bisa ditemukan melalui lirik-lirik indah dan suara syahdu penyanyi dan alat musiknya. Tidak cukup itu saja, dengan memainkan sendiri alat musik yang anda kuasai, kenyamanan dan rasa syahdu akan terasa lebih dibanding sebelumnya. Bolehjadi anda malahan akan ternispirasi untuk menulis sajak-sajak indah atau lirik lagu.

Ketiga, take action
Ketika anda telah mengetahui apa-apa yang mesti diwaspadai atau dilakukan. Sudah saatnya anda berbenah. Tips terakhir dari penulis adalah take action. Tak berpanjang leba lagi, berdiri sekarang, lakukan! Bisa anda mulai dengan meresume kembali tulisan ini sesuai ide yang anda dapat ataupun anda mulai bermimpi besar terkait karangan-karangan yang anda buat. Lakukan, yakin, dan berani bertindak.

Kita tidak sedang menunggu takdir namun kita akan menjemputnya. Mari (mulai) menulis lagi. Untuk masa depan, diri sendiri, dan orang lain.

Cibinong, Mei 2012


Eko Wardaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar