Sabtu, 12 Mei 2012

Mari Mulai Menulis

Dimuat di Islamedia.web.id Senin 14 Mei 2012
http://www.islamedia.web.id/2012/05/mari-mulai-menulis.html
dan di Annida Online Selasa 15 Mei 2012
http://www.annida-online.com/artikel-5490-mari-mulai-menulis.html

“Aku tidak suka menulis, aku tidak bisa menulis”, ungkapan yang seringkali terdengar di telinga penulis ketika mencoba mengajak teman untuk menulis. Padahal mereka mahasiswa yang seharusnya telah mempunyai kecakapan sadar menulis. Apalagi kini para calon sarjana telah diwajibkan membuat karya tulis ilmiah. Mau tidak mau, suka tidak suka maka akan tiba suatu masa ketika mereka diminta menulis.

Ingatkah kita ketika dilatih menulis sejak dini. Pada tahap sekolah dasar, ibu bapak guru bahasa Indonesia kerapkali menugaskan kita untuk mengarang cerita. Kemudian mulai SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi kita dihadapkan pada tugas-tugas yang membutuhkan pikiran genial untuk dituangkan, sebut saja paper, makalah, tugas KKN, skripsi dan lain-lain. Belum lagi orang yang gemar menulis diari sebelum tidur.

Dimanapun kita mengenyam pendidikan di Indonesia, sudah dapat dipastikan kita telah terlatih dan terdidik untuk menulis. Tapi kenapa menulis tidak terinjeksi ke dalam diri kita sebagai bagian kebiasaan yang tak terpisahkan. Dengan apa yang pernah dan sampai sekarang kita perbuat, menulis acapkali dianggap hanya dimiliki sebagian orang. Seringkali kita mendengarnya dengan istilah hobi atau sesuatu yang disukai.

Menggunakan istilah Bambang Trim, insaflah segera untuk menulis teman. Menulis bukanlah hobi namun bagian dari diri kita. Dan kita telah terbiasa seperti apa yang telah dipaparkan di muka. Saat ini yang perlu kita ubah adalah kesadaran dan orientasi. Sadar akan kebaikan menulis dan orientasi kegiatan menulis selama ini.

Mari kita kembali bernostalgia dimana kita tengah mengarang cerita saat pelajaran bahasa Indonesia di SD. Ekspresi polos seorang anak SD yang menulis cerita sesuai tema permintaan sang guru dikerjakan lepas, dengan gairah dan fantasi alam khayal. Otak kanan menggeliat-geliat digunakan berimajinasi, lalu dituangkan dalam tulisan-tulisan ringan anak SD. Tak peduli bagus atau tidak, yang penting sesuai tema dan khayal, serta selesai.

Di masa SMP sampai PT, kita menulis untuk memenuhi tanggungjawab dan mendapatkan nilai bagus. Lambat laun menggerus kemampuan otak kanan karena orientasi yang tak sepolos wajah anak SD dalam mengarang cerita. Tak heran banyak tugas paper copas dari berbagai sumber sampai skripsi yang dibeli dari orang lain.

Manfaat Menulis
Kini saatnya mengubah itu semua. Sebagai mahasiswa yang mana memiliki tingkat intelektual lebih tinggi dibanding anak sekolah dan berada pada strata masyarakat yang dihormati, menulis sudah selayaknya masuk dalam prioritas waktu hidup. Jikalau dulu menulis kita lakukan karena tugas guru, kini menulis adalah aktifitas keseharian kita dismaping tugas akademis yang ada. Untuk lebih membuka mata kita, penulis akan memaparkan manfaat menulis sesuai pengalaman pribadi. Tentu berbeda dengan apa yang sering kita baca dan dengar tentang manfaat menulis.

Pertama, menulis itu meningkatkan produktifitas hidup
Setiap hari kita dihadapkan pada tugas kuliah yang banyak bagi mahasiswa dan pekerjaan yang dikejar deadline bagi para karyawan. Alhasil kita membutuhkan waktu istirahat ketika pulang kerumah untuk membuat fit tubuh di keesokan hari. Apabila kita hitung ternyata waktu istirahat kita terlalu lama. Hitung saja ketika kita tiba dirumah, lalu bersantai ria, nonton TV, dan tidur. Berapa jam waktu yang kita sia-siakan, padahal niat kita untuk membuat tubuh fit.

Fit atau tidak tubuh seseorang bukan dipengaruhi panjang pendeknya waktu istirahat dan tidur, tapi bagaimana otak dan jiwa kita relax. Menulis akan mewujudkan itu semua, entah itu menulis diari atau cerpen bahkan artikel sekalipun. Perasaan tertekan dan stress kita di kampus atau tempat kerja terhapus oleh kesibukan otak berfikir menuangkan kalimat demi kalimat hingga jiwa kita relax unutk melupakan kepenatan sehari beraktifitas.

Pada saat tidur persaan gembira akan menyelimuti kita sehingga berefek positif pada aktifitas kerja esok hari. Pembiasaan ini bila dilakukan setiap hari akan semakin meningkatkan produktifitas hidup, memanfaatkan jengkal demi jengkal waktu kita. Sehigga etos kerja kita akan meninggi karena telah terbiasa menaklukan waktu-waktu senggang unutk menulis.


Kedua, menulis dapat melatih kedalaman berfikir
Ketika di awal sebelum menulis, sudah barang tentu seseorang akan berfikir apa yang akan ditulisnya, mengingat-ingat kejadian hari ini apabila ia akan menulis diari atau mencari bahan-bahan riset apabila ia menulis artikel. Begitupun saat ia tengah menulis, seseorang akan tetap berfikir merangkai kata demi kata, memilih kosakata yang tepat dan menetukan alur tulisan. Seperti kata Rene Descartes, Aku berfikir maka aku ada, menulis menumbuhkan eksistensi pemikiran seseorang.

Perbedaan tulisan seseoarang dari waktu ke waktu akan terlihat, proses kematangan dan pendewasaan dalam menulis menghasilakan karya yang lebih baik dari hari ke hari. Cara berfikir yang semakin mendalam dan bahasa yang semakin tertata. Implikasi positif ini akan ditemui ketika seseorang yang rajin menulis berada pada kehidupan nyata sehari-hari. Akan nampak terlihat bagaimana ia mengambil tindakan dalam memecahkan suatu masalah atau mengambil keputusan dalam bertindak. Mengedepankan kewaspadaan tapi tidak lambat, cepat tapi tidak ceroboh.

Ketiga, menulis adalah album kenangan dan warisan termahal
Sungguh sedih kiranya ketika membuka foto album kenangan disaat tua renta, berbagai kenangan masa muda terekam dalam foto, bahkan bisa kita perlihatkan kepada sanak saudara maupun anak cucu kita. Tapi apakah foto memuat semua kenangan indah dan duka lara kita atau kenangan perjalanan hidup kita. Apakah juga orang yang kita perlihatkan akan mengerti apa yang terkandung dalam foto kenangan itu.

Agaknya tidak, karena foto hanya memuat gambar momen penting hidup kita. Sebaik-baiknya kenangan dan warisan adalah tulisan, entah buku diari, kumpulan artikel, kumpulan cerpen, atau buku orisinil karya kita. Mungkin Soe Hok Gie tidak pernah menyangka apabila buku hariannya saat ini bisa dibaca khalayak. Begitupun Chairil yang sajak-sajaknya dipelajari sebagai salah satu karya sastra terbaik.

Peninggalan berupa tulisan adalah peninggalan yang paling berharga. Bagi penulis, peniggalan tersebut akan menjadi pengingat tentang keseharian dan cerita hidup masa lalu. Sedang bagi pembaca, hikamah perjalanan penulis atau hikmah tulisan akan menjadi warisan berharga kehidupan masa depan. Hal baik yang akan di ambil dan hal buruk menjadi perisai untuk proteksi kehidupan.

Tidak mungkin Soekarno mengatakan JAS MERAH tanpa ia tidak meniggalkan tulisan-tulisan pemikiran. Dan terbukti buku Di Bawah Bendera Revolusi merupakan artefak sejarah pemikiran Bapak Revolusi kita.

Dari Mana Kita Memulai
Tentu kini kita berfikir sesuai subjudul diatas, apalagi telah sama-sama kita ketahui manfaat menulis yang selama ini belum kita dengar. Simpel saja tak usah repot dan bingung, sekali lagi penulis katakan bahwa kita telah terbiasa menulis. Kini orientasikan kegiatan menulis kita unutk menggapai manfaat yang ada. Mulailah dari apa yang kita sukai, bila kita suka menulis diari maka tulislah, bila kita suka bersajak maka buat sajak orisisnil ciptaan kita, dan lainnya.

Tak perlu kita memikirkan teknik penulisan sempurna dan bahasa  yang baik. Pertama kali yang mesti kita lakukan adalah pembiasaan dengan perubahan orientasi. Jika dahulu kita terbiasa menulis karena tugas dan nilai, sekarang kita menulis unutk mendapat manfaat masa kini dan masa depan. Learning by doing, sedikit demi sedikit barulah kita mulai mempelajari berbagai teknik penulisan dan memperkaya kosakata kita dengan berbagai bacaan.

Bisa karena terbiasa dan terbiasa karena tekad yang kuat serta memikirkan masa depan yang lebih baik. Konsistensi adalah jalan perubahan. Ambil penamu sekarang

Cibinong, 11 Mei 2012


Eko Wardaya

1 komentar:

  1. Mantap gan...

    Semoga bisa menginspirasi yang lain, dari berbagai sudut pandang penulisan...

    Bukan paksaan tapi aliran dari pemikiran yang harus disalurkan...

    Zae

    BalasHapus