Selasa, 20 Desember 2011

Dunia Kampus Mencetak Generasi Tak Unggul


Dunia kampus memiliki kultur yang berbeda dengan sekolah, orang-orang yang ada disana pun memiliki label yang garang karena berembel-embel maha, label yang hanya dimiliki Tuhan atau raja. Kita masih bisa melihat kultur unggul yang dimiliki mahasiswa angkatan ’65 dalam film GIE. Menulis, diskusi, kritisisime, dan kepekaan sosial tertanam kuat pada orang-orang yang bergelar mahasiswa.
            Kini di tengah era serba modernitas, ternyata kultur unggul itu terkikis karena telatnya dunia kampus membuat imunitas dalam diri generasi mahasiswa era teknologi informasi. Hal ini bisa kita lihat dalam laku sunyi kehidupan kampus.
Proses penanaman nilai-nilai mahasiswa sejati yang biasa dilakukan ketika masa orientasi kemahasiswaan seperti perpeloncoan tak berefek disebabkan pola yang digunakan sudah usang dimakan zaman. Alhasil perilaku semasa sekolah yang dibawa mahasiswa terus bergelayut dalam diri mereka. Tak jarang kita melihat mahasiswa yang masih diantar orang tua ke kampus. Kurun waktu lima tahun saja, perilaku ini menjadi fenomena umum yang lumrah dan tidak aneh.
 Telah terjadi distorsi makna mahasiswa dan yang pasti kebangkrutan bangsa dalam mencetak generasi unggul. Mahasiswa yang ketika lulus diharapkan langsung menjadi pionir perubahan bangsa, malahan harus berjibaku terlebih dahulu mengurusi kehidupan pribadinya.

Eko Wardaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar