Senin, 19 Desember 2011

Kebutuhan Motivasi dan Perilaku Pelajar


“Darah muda darahnya para remaja”, begitu petikan lagu Bang Rhoma yang menggambarkan semangat berkobar seorang anak-anak yang akan beranjak dewasa. Dimana pada tahap transisi ini mereka akan sibuk melakukan pencarian jati diri dengan berbagai ekspresi tingkah lakunya.

Definisi Remaja
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Maka sesuai definisi di atas pelajar tingkat SMP dan SMA adalah remaja, mereka yang pada tahap ini bercelana biru dan abu-abu. Namun masa-masa yang sangat dekat dengan perubahan menuju kedewasaan adalah pelajar SMA.

Banyak orang bilang, cerita masa SMA adalah kenangan yang tak akan bisa terlupa dan selalu manis untuk diingat kembali. Romansa cinta pertama, ketidaktahumaluan yang membanggakan, kuatanya ikatan persahabatan, dan kisah-kisah lainnya.

Kebutuhan Motivasi Manusia
Teori motivasi McClelland mengungkapkan bahwa manusia mempunyai tiga kebutuhan yang akan memotivasinya dalam melakukan sesuatu. Ketiga kebutuhan itu adalah Needs of Achievement (N-ACH), Needs of Power (N-POW), dan Needs of Affiliation (N-AFF). Penjelasannya sebagai berikut, orang-orang yang mengutamakan N-ACH adalah mereka yang membutuhkan pengakuan dari orang disekitarnya, maka orang ini adalah pengejar prestasi dan eksistensi, untuk orang-orang yang mengutamakan N-POW adalah mereka yang mengejar kekuasaan, mereka senang bila berkuasa dan lebih hebat daripada yang lain, dan orang-orang yang mengutamakan N-AFF adalah mereka yang cukup hanya berteman  dengan banyak orang.

Masing-masing individu membutuhkan tiga motivasi ini, hanya saja kadar keutamaan yang dibutuhkan berbeda-beda. Tak terkecuali pelajar SMA, di usia mereka yang belum dewasa, di masa-masa perkembangan kemandirian dan identitas mereka, pelajar memiliki emosi yang sangat labil. Apalagi para pelajar yang hanya mengandalkan pendidikan formal bangku sekolah.

Hubungan Teori Motivasi dan Perilaku Pelajar
Melihat fenomena sepanjang tahun ini atau bahkan tahun-tahun sebelumnya, marak sekali terjadinya perilaku menyimpang para pelajar. Diantaranya merokok, pemakai obat terlarang, minum alkohol, seks bebas, pornoaksi, dan kriminalitas. Kenaikan tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh pelajar menjadi top issue akhir-akhir ini.

Aksi tawuran antar pelajar Ssekolah Menengah seringkali menghiasi berbagai media nusantara, termasuk juga aksi tawuran suporter sepakbola yang aktornya tidak lain adalah pelajar. Dalam berbagai aksinya, mereka tak segan untuk saling bacok sampai mati. Bulan September lalu masih dapat kita ingat tragedi tawuran pelajar dengan wartawan. Terlepas dari apa alasan dan latar belakang tragedi tersebut, perlu kita telaah mengapa hal itu seakan-akan menjadi hal yang harus mereka lakukan sebelum memasuki masa yang disebut dewasa.

Tiga kebutuhan motivasi diatas erat kaitannya dengan fenomena yang terjadi belakangan, kebutuhan akan pengakuan mereka lampiaskan dengan aksi berjalan bergerombol atau sering kita lihat mereka selalu nongkrong dipinggir-pinggir jalan pasca pulang dari sekolah bukan langsung kerumah. Kebutuhan akan kekuatan mereka perlihatkan dengan ejek-ejekan ketika ada rekan pelajar sekolah lain yang melintas di depan tongkrongannya. Ejek-ejekan ini akan berakhir pada sebuah tragedi tawuran manakala yang melintas pun adalah segerombol pelajar. Baku hantam yang diakhiri kemenangan akan membuktikan kehebatan dan akhirnya pengakuan bahwa mereka juara.

Dan kebutuhan akan pertemanan sudah jelas terlihat ketika mereka selalu bergerombol dimanapun mereka berada, hingga berujung pada sifat high solidarity, ketika ada rekan mereka dihantam pelajar lain maka mereka tak segan-segan melakukan pembalasan yang lebih besar.

Kebiasaa ini tertular ke generasi selanjutnya dan akhirya menjadi cara untuk mendapatkan kebutuhan motivasi yang mereka inginkan. Cara ini pun akhirnya menjadi budaya tanpa mereka sadari. Hal ini jelas mengartikan bahwa selama ini kebutuhan motivasi pelajar belum terpenuhi di tempat ia beajar maupun di lingkungan tempat ia tinggal.

Olahraga sebagai alternatif
Banyak solusi yang ditawarkan atas perilaku menyimpang pelajar khusunya tindak kriminal pelajar, mulai dari penataan kurikulum penddikan, penciptaan pendidikan karakter, pendidikan spiritual dan pendidikan emosional. Namun semuanya masih terlihat abstrak dan tak terimplementasikan. Bolehlah solusi-solusi tersebut disiapkan untuk jangka panjang namun apakah dalam kurun waktu penyempurnaan sistem penanggulangan tersebut kita harus terus melihat berbagai aksi pelajar yang semakin tak manusiawi. Dan apakah kebutuhan motivasi mereka terpenuhi.

Maka dari itu, penulis berkesimpulan bahwa olahraga adalah sarana utama pemenuhan kebutuhan motivasi pelajar, karena pemuda dan olahraga sangat erat kaitannya. Pelajar yang masih bertenaga dan olahraga yang membutuhkan tenaga. Tiga motivasi yang telah diuraikan di muka akan didapatkan dari berbagai kegiatan olahraga. Coba kita bertanya pada para pelajar, siapa sih yang tidak menyukai pelajaran Olahraga? Penulis yakin semua pelajar suka. Apabila kebutuhan akan motivasi mereka terpenuhi, sedikit demi sedikit cara mereka memenuhi kebutuhan motivasi untuk melakukan sesuatu akan beralih dari tawuran menjadi kegiatan olahraga.

 
Eko Wardaya
Pengurus Daerah Kesatuan Aksi Mahasiswa Musim Indonesia (KAMMI) Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar