Selasa, 06 Desember 2011

Bangsa Kita (Muslim) Lebih Unggul


Apa yang ada di benak anda ketika pertama kali mendengar kata “Jepang”? Beragam jawaban dilontarkan masing-masing orang, seperti dalam buku Ganbatte, banyak anak-anak yang menjawab shinchan, doraemon, satria baja hitam, tsubasa, lain lagi para pencinta otomotif mereka menjawab honda, yamaha, dan banyak lagi jawaban yang dilontarkan, seperti sony, panasonic, samurai, bom nagasaki, universitas tokyo sampai maria ozawa. Berbeda usia beda pula jawaban, berbeda latar belakang kehidupan akan beda pula. Hampir seluruh lapisan sosial mayarakat Indonesia mempunyai jawaban atas pertanyaan di atas.
Kegandrungan terhadap bangsa Jepang
Bila kita melihat data statisik pada tahun 2010 jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang adalah dua kali lipat jumlah pada tahun 1997, yaitu 2.190 sebelumnya 1.070. Hal itu yang disampaikan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yoshinori Katori. Data statistik lain mengungkap ada 720 ribu orang yang belajar bahasa Jepang di Indonesia. Luar biasa, kertertarikan orang Indonesia terhadap Jepang  tidak sebatas dalam sifat konsumtifnya, namun juga untuk mempelajari segala aspek kehidupan di Jepang, mulai dari seni, bahasa, sejarah, budaya, dan teknologi. Tak jarang pola hidup ala Jepang pun ditiru oleh orang-orang Indonesia. Tak mengherankan bila kita melihat fenomenologi yang ada di masyarakat Indonesia, yang saat ini menurut saya sudah kehilangan identitas dan karakter bangsa. Apa yang terjadi di atas juga menjadi fenomenologi pada aktivis Islam. Namun apakah bisa di generalisir bahwa aktivis Islam juga sudah kehilangan identitas sebagai Muslim? Saya rasa tidak semua, apalagi ketika saya mengajukan pertanyaan kepada beberapa rekan aktivis Islam perihal alasan mereka menyukai Jepang dan mempelajarinya. Mulai dari impian pribadi (kuliah, berkunjung, dsb) sampai impian dakwah (berdakwah di jepang atau menjadikan referensi untuk kebangkitan Islam) menjadi jawaban. Semoga kita selalu diteguhkan oleh Allah atas tujuan awal kita (karena saya pun mempelajari tentang Bangsa Jepang). Hilangnya kebanggaan kita sebagai Muslim dan orang Indonesia dapat terkikis apabila orientasi kita telah terlupakan.
Karakter unggul bangsa Jepang
Tulisan ini mencoba mengungkap bahwa umat Muslim lebih unggul dari bangsa Jepang. Berawal dari sebuah kiriman di facebook mengenai 12 hal yang membedakan antara watak orang Jepang dan Indonesia. Akan saya uaraikan terlebih dahulu, diantaranya,
1. Ketika di kendaraan umum:
Jepang: Orang2 pada baca buku atau tidur.
Indonesia: Orang2 pada ngobrol, ngegosip, ketawa-ketiwi cekikikan, ngelamun, dan tidur.

2. Ketika makan dikendaraan umum:
Jepang: Sampah sisa makanan disimpan ke dalam saku celana atau dimasukkan ke dalam tas, kemudian baru dibuang setelah nemu tong sampah.
Indonesia: Dengan wajah tanpa dosa, sampah sisa makanan dibuang gitu aja di kolong bangku/dilempar ke luar jendela.

3. Ketika dikelas:
Jepang: Yang kosong adalah bangku kuliah paling belakang.
Indonesia: Yang kosong adalah bangku kuliah paling depan.

4. Ketika dosen memberikan kuliah:
Jepang: Semua mahasiswa sunyi senyap mendengarkan dengan serius.
Indonesia: Tengok ke kiri, ada yg ngobrol. Tengok ke kanan, ada yg baca komik. Tengok ke belakang, pada tidur. Cuman barisan depan aja yg anteng dengerin, itu pun karena duduk pas di depan hidung dosen!

5. Ketika diberi tugas oleh dosen:
Jepang: Hari itu juga, siang/malemnya langsung nyerbu perpustakaan atau browsing internet buat cari data.
Indonesia: Kalau masih ada hari esok, ngapain dikerjain hari ini!

6. Ketika terlambat masuk kelas:
Jepang: Memohon maaf sambil membungkukkan badan 90 derajat, dan menunjukkan ekspresi malu + menyesal gak akan mengulangi lagi.
Indonesia: Slonong boy & slonong girl masuk gitu aja tanpa bilang permisi ke dosen sama sekali.

7. Ketika dijalan raya:
Jepang: Mobil sangat jarang (kecuali di kota besar). Padahal jepang kan negara produsen mobil terbesar di dunia, mobilnya pada ke mana ya?
Indonesia: Jalanan macet, sampe2 saya susah nyebrang & sering keserempet motor yg jalannya ugal-ugalan.

8. Ketika jam kantor:
Jepang: Jalanan sepiiiii banget, kayak kota mati.
Indonesia: Ada Oknum pake seragam coklat2 pada keluyuran di mall-mall.

9. Ketika buang sampah:
Jepang: Sampah dibuang sesuai jenisnya. Sampah organik dibuang di tempat sampah khusus organik, sampah anorganik dibuang di tempat sampah anorganik.
Indonesia: Mau organik kek, anorganik kek, bangke binatang kek, semuanya tumplek jadi 1 dalam kantong kresek.

10. Ketika berangkat kantor:
Jepang: Berangkat naik kereta/bus kota. Mobil cuma dipake saat acara keluarga atau yg bersifat mendesak aja.
Indonesia: Gengsi dooonk... Masa' naik angkot?!

11. Ketika janjian ketemu:
Jepang: Ting...tong...semuanya datang tepat pada jam yg disepakati.
Indonesia: Salah 1 pihak pasti ada dibiarkan sampai berjamur & berkerak gara2 kelamaan nunggu!

12. Ketika berjalan dipagi hari:
Jepang: Orang2 pada jalan super cepat kayak dikejar doggy, karena khawatir telat ke kantor/sekolah.
Indonesia: Nyantai aja cing...! Si boss juga paling datengnya telat!
Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa bangsa Jepang mempunyai karakter disiplin, haus ilmu, menghormati guru, pekerja keras, dan semangat kebersihan. Semua nilai moral positif yang melekat itulah yang membuat mereka bangkit dari keterpurukan menjadi bangsa yang kuat dan besar walaupun tidak memiliki kekayaan alam yang banyak.
Bagaimana dengan umat Muslim?
Islam yang kita pahami bukan hanya ritual keagamaan saja, namun Islam yang syaamil, kaamil, mutakaamil, mencakup seluruh aspek kehidupan, bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah yang langsung diberikan-Nya melalui perantara Rasulullah saw sebagai pedoman untuk mengarungi kehidupan dunia yang terbatas. Apabila Restorasi Meiji smenjadi tonggak perubahan bangsa Jepang menuju era keterbukaan terhadap dunia dan pembentukan moral yang bersumber dari ajaran leluhur, Shinto dan Budha, maka umat Muslim melalui momentum Hijrah dimulailah kehidupan baru masyarakat beradab sera pembuatan piagam Madinah sebagai penegasan berdirinya negara dan pembangunan kehidupan sosial yang berbasis syariat Islam. Sudah barang tentu karakter bangsa Jepang di atas  juga dimiliki oleh umat Muslim bahkan lebih dari itu.
            Berikut saya uraikan, Ilmu dan Islam adalah dua hal yang tidak dipisahkan, dalam Al Qur’an Allah swt mengatakan akan mengangkat derajat orang-orang yang menuntut ilmu.
 "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu" maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Q.S. Al-Mujadilah: 11)
Selain Al Qur’an banyak juga hadist yang memotivasi untuk mencari ilmu, karena dengan ilmu barulah kita bisa beramal, membangun negeri dan mencerdaskan anak bangsa, dengan ilmu mendekatkan diri kita kepada Allah dan membuat perasaan takut kepada Allah bersemayam di dalam diri kita.
“Barang siapa keluar mencari Ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali” (Riwayat At-Thirmidzi)
Peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah menjadi bukti empirik kemajuan ilmu pengetahuan yang dilakukan umat Muslim. Sesuai statistik dari Buku Tarikh’Ashr Al-Khilafah Al-Abbassiyyah, umat muslim pada masa itu menulis lebih dari seribu lima ratus buku setiap tahun. Pada masa itu juga dibangun madrasah-madrasah ilmu dan dicetuskan gerakan penerjemahan serta didirikan sarana observasi dan ilmu perbintangan. Tampaklah bagaimana umat Muslim berkarakter haus ilmu, produktif, juga pekerja keras. Mereka melakukan penelitian berbagai karya peniggalan peradaban sebelumnya, seperti Yunani, Persia, India, Yahudi, dan Nasrani sehingga mampu mencapai puncak kegemilangan sebuah peradaban Islam.
            Dalam mencari ilmu pun ada tuntunan dalam berhubungan antara guru dan murid sehingga murid terbiasa disiplin dalam mencari ilmu. Sejarah telah mencotohkan, Ali ra berkata “aku ibarat budak dari orang yang mengajarkan ku walaupun hanya satu huruf” pernyataan ini adalah ungkapan penghormatan yang begitu besar terhadap guru. Ada juga kisah saat Khalifah Harun Ar Rasyid menemui anaknya ketika sedang belajar kepada Syekh Burhanuddin, khalifah melihat anaknya sedang menuangkan air wudhu untuk Syekh dan ia berkata, “wahai anakku mengapa ketika tangan kananmu menuangkan air wudhu namun tangan kirimu tak bergerak, gunakanlah kedua tanganmu untuk menuangkan air wudhu dan membasuh kaki gurumu.” Begitulah umat Musim harus menghormati orang yang mengajarkan ilmu.
            Karakter unggul yang juga dimiliki pribadi Muslim adalah disiplin, walaupun gambaran kisah diatas sangat jelas mengenai kedisiplinan umat Muslim dalam menuntut ilmu, tapi dirasa perlu untuk menambahkan hal yang langsung diberikan Allah untuk membentuk pribadi Muslim yang disiplin, yaitu Ibadah Ramadhan. Inilah pendidikan yang mengasah kedisiplinan umat Muslim karena dalam ibadah Ramadhan umat Muslim dituntut disiplin dalam menunaikan kewajiban, disiplin dalam waktu dan disiplin dalam menaati hukum Allah.
Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui (QS Al Jatsiyah [45]:18).
            Terakhir mengenai cinta kebersihan, hal ini menjadi tanggung jawab penuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya untuk menjadi khalifah di muka bumi yang mempunyai tanggung jawab besar atas kelangsungan alam semesta. Seringkali Allah memberikan bencana kepada manusia yang fasik karena ulah tangan-tangan mereka sendiri.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Ar Rum : 41)
Menurut Prof.Dr.Emil Salim pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Tidak mungkin umat Muslim dapat menunaikan amanah sebagai khalifah bila tidak melakukan upaya pelestarian lingkunagan.
Indonesia bisa lebih unggul 
Semua karakter bangsa Jepang yang membuat mereka unggul ternyata kita (Muslim) miliki bahkan lebih banyak karakter unggul lainnya, semua sudah termuat dalil Al Quran dan Sunnah serta bukti empirik pendahulu sebelumnya baik masa Rasulullah saw, sahabat, dan setelahnya. Bangsa Jepang mempunyai kebiasaan harakiri atau menyudahi hidup dengan cara menusukkan pisau ke tubuhnya, ini adalah tindakan yang dilakukan apabila mereka gagal, daripada malu mereka lebih memilih mati, tak mengaggetkan jika tingkat bunuh diri bangsa Jepang adalah tertinggi di dunia. Tetapi Umat Muslim tidak diperkenankan melawan takdir.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa’ : 29). Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa  “Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur’an)” (QS. Al-Kahfi ; 6).
Dengan tegas melalui ayat diatas tergambar bahwa Islam melarang perbuatan bunuh diri.
Semua profil karakter kita, tata cara kehidupan kita sudah ada pedomannya. Bangsa Jepang mampu bangkit dari kesempitan dengan modal karakter dan kebiasaan yang masih ada kekurangannya, namun Islam yang sudah memberi petunjuk sempurna dan umat Muslim yang pernah mengalami masa-masa kegemilangan peradaban harusnya bisa kembali gemilang untuk masa sekarang dan yang akan datang.
Indonesia mayoritas penduduknya adalah Muslim, maka sesungguhnya Indonesia bisa lebih unggul. Ambilah hikmah pelajaran dari kebangkitan mereka, tetaplah bangga menjadi Bangsa (Musim) Indonesia, tetap pada tujuan semula untuk belajar dari bangsa lain yang sudah besar, jangan begeser tujuan dan kehilangan kebanggaan apalagi identitas kita bangsa (Muslim) Indonesia.. Wallahu’alam bishawab

Bogor, 1 Desember 2011
Eko Wardaya
Pengurus Daerah KAMMI Bogor
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar